OJK Imbau Perbankan Tak Asal Kasih Kredit ke Pengusaha
- ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
VIVA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santosa menyatakan, sangat mendukung kebijakan penyaluran kredit yang lebih hati-hati dari perbankan. Itu ditegaskannya meski penyaluran kredit pada 2019 terbilang sangat rendah, yakni hanya menyentuh 6,08 persen dari 2018 sebesar 11,7 persen.
Menurut Wimboh, di tengah tekanan ekonomi global saat ini yang turut menghambat aktivitas ekonomi di Indonesia, maka permintaan kredit memang pasti akan mengalami pelemahan sebagaimana pada 2019, karena tidak adanya ekspansi bisnis yang dilakukan berbagai perusahaan.
"Sektor keuangan jelas kalau enggak ada yang dibiayai mau biayai siapa, jadi enggak terlepas dari sistem ekonomi," kata dia di Ritz Carlton, Jakarta, Rabu, 26 Februari 2020.
Di sisi lain, lanjut dia, kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia yang juga telah diturunkan hingga 4,75 persen saat ini, juga tidak akan serta merta membuat penyaluran kredit akan besar.
Sebab, kata dia, lagi-lagi, hal itu dipengaruhi oleh sentimen pelaku pasar apakah ekspansi bisnis bisa dilakukan di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global.
"Suku bunga salah satunya iya, tapi enggak mutlak. Suku bunga mau diturunkan berapapun kalau pengusaha enggak ada ekspansi usaha, enggak akan ambil," tegas dia.
Karena itu, dia mengklaim telah menyampaikan imbauan kepada perbankan untuk tidak sembarangan menyalurkan kredit meski kondisi ekonomi memang harus digenjot.
Sebab, lanjut dia, ketika kredit asal disalurkan perbankan maka ujungnya akan dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk digunakan sebagai instrumen spekulatif.
"Bahkan kita pesan ke industri keuangan jangan beri kredit ke pengusaha yang enggak perlu, bisa-bisa terlalu kreatif. Pesan itu kita sampaikan," tegas dia.
Meski begitu, dia menekankan, untuk bisa menggenjot penyaluran kredit lebih kuat di tengah melemahnya ekonomi global. Maka pemerintah harus bersama-sama bisa memberikan stimulasi untuk menghadirkan bisnis-bisnis baru, perluasan kapasitas produksi manufaktur hingga mendorong naik levelnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
"Saya enggak terlalu worried bank-bank lebih prudent menyalurkan kreditnya, saya dukung itu. Tapi tugas kita bersama stimulasi adanya bisnis-bisnis baru," ujarnya.