Transgender Mengganti Nama dan Menguji Nama Barunya di Kedai Kopi
- bbc
Memberi tahu nama kepada barista di kedai kopi mungkin sesuatu yang sangat biasa, tapi tidak bagi transgender muda yang baru saja mengganti nama dan baru memulai penerimaan diri mereka sendiri.
"Perjalanan saya dalam memilih nama sangat panjang," kata Sonja Howells.
"Ketika pertama kalinya saya memakai nama ini ketika memesan kopi, rasanya seperti terbebas. Saya merasa merdeka bisa menyebut inilah saya, dan ini nama saya. Saya sampai tak percaya," katanya.
Sonja, mahasiswa dari daerah West Midlands, Inggris, menyatakan dirinya sebagai transgender perempuan pada usia 14 tahun.
"Sesudah menyatakan diri, terjadi perubahan dalam hidup saya secara cepat. Awalnya ayah saya maklum, tapi kemudian hubungan kami memburuk," katanya kepada BBC.
"Ibuku terkejut dan enggan. Saya ingat dia bilang, `Jadi, kami harus memanggil kamu dengan nama apa sekarang?`"
Sonja bilang ide untuk namanya muncul ketika melihat sebuah gim daring, tapi ibunya mengusulkan agar ia memakai nama anak perempuan yang pernah disiapkan ketika ia hamil.
"Saya tahu ibu ingin saya pakai nama yang pernah ia siapkan, agar merasa itu masih nama pemberiannya. Tapi saya tak bisa. Ini adalah perjalanan buat diri saya dan pilihan saya untuk diri saya sendiri. Sehingga saya jadi seperti saya sekarang ini."
Menegangkan
Sebelum menggunakan nama yang baru, Sonja menggunakan kedai kopi dekat rumahnya untuk "menguji coba" bagaimana rasanya muncul ke depan umum dengan nama baru ini, di luar dirinya sendiri dan lingkungan keluarga.
"Wajah dan badan saya mirip laki-laki, maka memakai nama feminin di depan umum cukup menakutkan, terutama di daerah tempat tinggal saya. Saya sangat cemas ketika masuk ke kedai. Saya berpikir bakal ada yang akan menjahili saya saat saya mengaku secara terbuka saya seorang transgender," katanya.
"Cangkir kopi dengan nama saya ini seperti medali penghargaan. Itu jadi simbol bahwa akhirnya saya kenal siapa diri saya sendiri."
Sonja adalah satu dari banyak transgender yang menggunakan kedai kopi Starbucks untuk keperluan ini.
Ketika pihak Starbucks mengetahui hal ini, mereka menghubungi Susie Green, direktur lembaga advokasi transgender Mermaids.
"Saya mengunggah di forum daring dan bertanya apakah ada yang mau memakai kesempatan atau punya pengalaman seperti ini, dan dalam bebarapa menit saja ada 20-30 tanggapan," kata Susie.
"Banyak yang bercerita bahwa momen memesan kopi dengan nama baru mereka seperti itu sangat menegangkan, dan mereka berhasil melaluinya!"
Tempat aman
Mermaids menyatakan ada peningkatan 600 persen permintaan dukungan dari transgender atau keluarga mereka memalui sambungan telepon mereka dalam lima tahun terakhir.
Menurut Mermaids, fobia terhadap trasngender ada di mana-mana di tengah masyarakat Inggris.
Mereka juga diingatkan bahwa kerja sama dengan Starbucks bisa memicu serangan terhadap mereka, dan Susie Green menyatakan organisasinya "selalu siap".
Alex Rayner, manajer umum Starbucks paham akan hal itu dan sudah menyiapkan berbagai langkah untuk keperluan ini.
"Ini merupakan perayaan bagi transgender segala usia. Mereka bisa membuat kedai-kedai kami jadi tempat aman untuk mencoba nama baru mereka, dan dikenali sebagai diri mereka sendiri".
Starbucks sendiri pernah mendapat soal perlakukan mereka terhadap transgender, dan langkah dukungan mereka terhadap LGBT kerap dianggap sebagai upaya membersihkan diri atau "rainbow washing".
Namun Alex Rayner membantah ini.
Sonja Howells sendiri sadar akan pro kontra soal "rainbow-washing" ini.
"Banyak sekali diskriminasi dan pengabaian terhadap komunitas LGBT. Perlu langkah berbagai pihak termasuk perusahaan besar untuk secara terbuka mendukung hidup kami dan mengurangi intoleransi di masyarakat secara keseluruhan," katanya.