Presiden Iran Ingatkan Tentara Asing di Timur Tengah dalam Bahaya
- Twitter/@PressTV
VIVA – Presiden Iran Hassan Rouhani memperingatkan militer negara asing untuk menarik pasukannya dari Timur Tengah. Rouhani memperingatkan bahwa keberadaan mereka mungkin dalam bahaya jika tetap berada di wilayah tersebut.
"Hari ini, tentara Amerika dalam bahaya. Mungkin besok tentara Eropa bisa dalam bahaya," ujar Rouhani dalam pidato yang disiarkan di televisi setempat. Ini adalah kali pertama Rouhani memperingatkan negara-negara Eropa, di tengah meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat.
Komentar tersebut juga dikeluarkan sehari setelah Inggris, Prancis dan Jerman menantang Teheran karena melanggar batas-batas kesepakatan nuklir besar, yang ditandatangani Iran dan enam negara kekuatan dunia pada 2015.
Awal pekan ini, negara-negara Eropa mengumumkan sebuah mekanisme yang diatur dalam perjanjian bernama Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), untuk mendesak Teheran menjalankan komitmennya berdasarkan perjanjian itu.
Selain itu kekhawatiran akan dimulainya perang juga muncul setelah serangan udara Amerika Serikat, menewaskan komandan militer Iran Qassem Soleimani di Baghdad. Iran membalas dengan menyerang fasilitas militer AS di Irak.
Dilansir Al Jazeera, hingga kini masih ada pasukan Eropa yang dikerahkan bersama dengan pasukan Amerika di Irak dan Afghanistan. Sementara itu Prancis juga memiliki pangkalan Angkatan Laut di Abu Dhabi, dan Inggris dengan pangkalan barunya di Kepulauan Bahrain.
Juru bicara Komisi Eropa Peter Stano mengatakan bahwa para pejabat mengetahui ancaman itu, tetapi Uni Eropa tidak memiliki rencana untuk meninggalkan Irak.
Menteri Pertahanan Italia Lorenzo Guerini mengatakan kepada anggota parlemen bahwa pemerintahnya memiliki rencana untuk meningkatkan jumlah pasukan Roma di Selat Hormuz, teluk di mana 20 persen lalu lintas minyak dunia melewatinya.
Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer, sementara itu, melakukan kunjungan mendadak ke pangkalan Azraq di Yordania, tempat pasukan Jerman bertugas dalam perang melawan kelompok bersenjata ISIL. Jerman ingin melanjutkan pelatihan pasukan Irak.