Trump Ternyata Setujui Bunuh Jenderal Soleimani Sejak 7 Bulan Lalu

Presiden Amerika Serikat Donald Trump
Sumber :
  • Twitter.com/@realDonaldTrump

VIVA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump ternyata telah menyetujui pembunuhan terhadap Jenderal Iran Qassem Soleimani sejak tujuh bulan yang lalu. Dia kala itu menegaskan, akan menandatangani operasi untuk membunuh Soleimani, jika Iran 'melewati garis batas' dengan menewaskan satu warga Amerika.

Para pejabat AS mengatakan, keputusan itu menjelaskan mengapa serangan udara atas Soleimani adalah salah satu opsi yang ditawarkan oleh militer kepada Trump. Sebagai tanggapan atas serangan pasukan Iran di pangkalan militer Irak yang menyebabkan kematian seorang kontraktor sipil AS.

Seorang pejabat senior pemerintahan menyebut, ada sejumlah opsi yang diberikan kepada Trump selama jangka waktu tersebut. Pilihan untuk membunuh Soleimani termasuk ke dalam daftar potensial balasan terhadap agresi Iran 'beberapa waktu lalu'.

Dilansir Independent, Selasa 14 Januari 2020, keputusan pembunuhan terhadap Soleimani yang sudah ada sejak Juni 2019 itu juga diambil lantaran Kepala Pasukan Elit Quds Force itu berencana akan menyerang empat Kedutaan Besar Amerika Serikat.

Sejak penyerangan atas Soleimani terjadi pada 3 Januari ini, pemerintah AS mengklaim mereka bertindak seperti itu karena adanya risiko serangan terhadap diplomat Amerika dan pasukan di Irak, serta seluruh situs di kawasan itu dalam waktu dekat.

Setelah pembunuhan Soleimani, Trump menyebut Iran telah menargetkan Kedutaan Besar AS di Baghdad dan mengklaim akan menyerang empat Kedubes AS. "Kami memberi tahu Anda, mungkin mulanya hanya Kedutaan Besar di Baghdad. Saya dapat mengungkapkan bahwa saya percaya itu akan menjadi empat kedutaan," kata Trump dalam sebuah wawancara.

Namun Menteri Pertahanan AS, Mark Esper mengatakan, pernyataan Trump itu hanya baru kemungkinan dan tidak didasarkan pada bukti spesifik. Menurutnya yang dikatakan presiden baru sebuah kecurigaan.

Esper mengatakan, pemerintah memiliki informasi mengenai kemungkinan serangan yang lebih luas terhadap beberapa kedutaan besar. Tetapi info itu hanya bisa dibagikan dengan "Geng Delapan," sekelompok anggota kongres tinggi yakni ara pemimpin yang mendapat pengarahan tentang informasi sensitif yang tidak dapat diakses oleh anggota kongres lainnya.