Jokowi ke UEA, Faktor Keamanan Konflik Iran-AS Jadi Pertimbangan

Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo turun dari Pesawat Kepresidenan BBJ 2
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Presiden Joko Widodo rencananya, akhir pekan ini akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Uni Emirat Arab. Mengingat situasi di kawasan Timur Tengah, terutama Iran dan Amerika Serikat sedang bergejolak, faktor keamanan Kepala Negara terus diperhatikan.

Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi mengatakan, keselamatan Presiden memang menjadi faktor utama yang menjadi perhatian mereka. Dalam rangka persiapan melakukan kunjungan ke Abu Dhabi, UEA tersebut.

"Kita akan amati terus. Tentunya, keamanan keselamatan bapak Presiden nomor satu, tetapi kita akan amati semuanya dampaknya, kita hitung semuanya dengan sangat matang," kata Retno di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis 9 Januari 2020.

Jokowi ke Abu Dhabi, kata Retno, dalam rangka terkait investasi. Kerja sama bisnis, saat ini sedang dimatangkan. Dengan begitu, nantinya memorandum of understanding (MoU) bisa langsung ditandatangani Presiden Jokowi.

"Mengenai nilainya, masih terus bergerak. Tapi saya kira, untuk kunjungan ke UAE ini nilai investasinya akan sangat signifikan," jelas Retno. Di sana, Jokowi juga direncanakan akan menjadi pembicara kunci dalam Abu Dhabi Sustainablillity Week.

Seperti diketahui, ketegangan yang terjadi antara Iran dan AS, menyusul terbunuhnya jenderal besar Iran, Qassem Soleimani oleh pesawat drone milik Amerika Serikat.

Serangan balasan, Iran dengan menembakkan rudal-rudalnya ke pangkalan AS yang ada di Irak. Sejumlah penerbangan komersil, bahkan mengalihkan penerbangannya tidak melewati kawasan itu.

Salah satunya adalah maskapai milik Australia, Qantas Airlines, yang mengumumkan jalur penerbangan mereka tidak akan melintas di atas udara Irak dan Iran sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Karenanya, rute penerbangan langsung Qantas dari Perth, ibu kota Australia Barat ke London, yang dimulai dua tahun lalu, bisa diberhentikan untuk sementara.

Qantas juga mengatakan, sedang mempertimbangkan pesawat dari Australia ke Eropa mungkin harus berhenti di kota Asia, untuk mengisi bahan bakar agar bisa terbang lebih jauh.

Penerbangan London dan Perth yang berdurasi 17 jam merupakan satu-satunya rute milik Qantas yang akan berubah karena situasi di Timur Tengah.

Saat Iran meluncurkan puluhan rudal ke pangkalan militer Al-Assa dan Erbil di Irak, Qantas mengatakan, tidak ada satu pun pesawatnya yang berada di wilayah Timur Tengah.

Diketahui, sejumlah penerbangan internasional lainnya, seperti Emirates, Etihad dan Qatar Airways yang terbang dari Australia berhenti di Timur Tengah dan melewati wilayah udara Irak dan Iran.

Banyak dari maskapai tersebut mengatakan mereka akan mengalihkan rute atau membatalkan sama sekali karena situasi yang memburuk di sana. (asp)