Ketegangan AS-Iran dan Ancaman Serangan Balasan

picture-alliance/AP Photo/Office of the Iranian Supreme Leader
Sumber :
  • dw

Pembunuhan terhadap kepala pasukan elite Quds dari Iran, Mayor Jenderal Qassem Soleimani dalam serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat (AS), di Baghdad, Jumat (3/1), dianggap menjadi pemicu konflik besar AS-Iran di Timur Tengah.

Pasalnya, Qassem dikenal sebagai tokoh militer paling berpengaruh dan diplomat canggih yang bertanggung jawab untuk kebijakan regional di Irak, Lebanon, Suriah, Yaman dan lainnya.

Pembunuhan ini menambah parah hubungan AS-Iran yang memang telah memanas sejak AS menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada tahun 2018. Hubungan kedua negara juga tidak berjalan baik setelah AS menjatuhkan sanksi dagang kepada Iran.

‘‘Bukan akan terjadi perang, tidak mengarah pada perang baru, tidak berisiko menimbulkan perang. Tidak satupun. Ini memang perang,“ ujar mantan wakil asisten sekretaris pertahanan AS untuk kebijakan Timur Tengah, Andrew Exum.

Asisten profesor dari Universitas Shahid Beheshti di Iran, Hamidreza Azizi mengatakan bahwa jika Iran tidak membalas seragan udara AS, maka martabat Iran yang akan dipertaruhkan. Iran akan kehilangan muka baik secara domestik maupun eksternal.

“Iran telah membentuk narasi tentang kekuatan dalam negeri dan musuh yang lemah. Ini akan hancur jika Iran diam saja,” ujarnya.

Belum pasti bagaimana, kapan dan di mana Iran akan membalas. Yang jelas, serangan balasan Iran akan dilakukan secara langsung maupun tidak langsung pada waktu dan tempat yang ditentukan oleh Iran.

Tindakan pencegahan AS

Sebelumnya, Jumat (3/1), Presiden AS Donald Trump membenarkan pembunuhan terhadap Qassem sebagai tindakan pencegahan atas rencana Iran yang akan melakukan serangan terhadap AS.

‘’Soleimani merencanakan serangan dalam waktu dekat dan kejam terhadap diploma dan tentara AS, tapi kami menangkapnya saat beraksi dan mengakhirinya‘‘, ujar Trump kepada wartawan di resor Mar-a-Lago miliknya di Florida.

Trump menggambarkan sosok Soleimani sebagai orang yang kejam dan menimbulkan kematian orang-orang tidak bersalah.

‘’Kami lega bahwa kekuasaan terornya telah berakhir,’’ ucapnya.

Trump memperingatkan Iran tentang rencana serangan balasannya. Trump tegaskan AS punya beragam tindakan ofensif dan pasukan pertahanan di wilayah Iran.

‘’Kami mengambil tindakan semalam untuk menghentikan perang. Kami tidak mengambil tindakan untuk memulai perang,‘‘ tegasnya.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan serangan udara yang membunuh Qassem Soleimani sebegai tindakan bela diri.

Serangan udara itu juga membunuh seorang jenderal Irak, Abu Mahdi al-Muhandis. Seorang pejabat Irak menyebut tindakan AS itu telah melanggar kedaulatan. Irak sedang mempertimbangkan untuk mengusir tentara AS yang berjumlah 5.200 yang tengah berada di Irak. Tentara AS ini sedang melatih dan memberi advokasi kepada pasukan Irak untuk memerangi ISIS.

Ribuan pelayat berkumpul

Pada Sabtu (4/1), ribuan pelayat berkumpul untuk prosesi pemakaman Jenderal top Iran tersebut.

Orang-orang yang sangat loyal kepada Soleimani datang menggunakan pakaian hitam dan membawa bendera Irak dan bendera milisi yang didukung Iran. Mereka juga berduka atas meninggalnya Abu Mahdi al-Muhandis, seorang senior Komandan milisi Irak yang terbunuh dalam serangan yang sama.

Mereka juga meneriakkan, ''Maut bagi Amerika."

Perdana menteri Irak, Adil Abdul-Mahdi juga menghadiri prosesi pemakaman tersebut.

Prosesi pemakaman dilakukan di tempat suci Imam Kadhim di Baghdad, salah satunya situs paling dihormati dalam Islam Syiah. Pelayat datang secara khidmat dan berjalan di samping kendaraan milisi.

(pkp/yp) AFP, AP, dpa, Reuters