1.500 Koleksi Bersejarah Indonesia Pulang dari Belanda
- dw
Museum Prinsenhof di Delft, Belanda yang pada tahun 2014 menerima pengalihan koleksi dari Museum Nusantara, mengembalikan 1.500 benda budaya bersejarah kepada Indonesia melalui Direktorat Jenderal Kebudayaaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan Republik Indonesia.
Direktur Jenderal Kebudayaan RI, Hilmar Farid, mengatakan bahwa koleksi tersebut sudah tiba di tanah air sejak tanggal 23 Desember 2019 silam. Kini koleksi tersebut masuk ke dalam tahap pendataan hingga nantinya bisa dipamerkan.
"Intinya ada 1.500 koleksi yang semula ada di Museum Nusantara di Kota Delft, Belanda. Dikembalikan ke Indonesia melalui Museum Nasional," ujar Hilmar di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (02/01).
Ia menjelaskan bahwa pembicaraan mengenai pengembalian atau repatriasi benda-benda budaya milik Indonesia yang ada di Belanda sudah direncanakan sejak 2015 lalu, namun terkendala berbagai faktor seperti perizinan, hukum, politik, dan proses diplomasi yang cukup alot hingga akhirnya baru dapat terealisasi sekarang. Koleksi tersebut merupakan benda-benda yang dulu pernah dibawa Belanda dari Indonesia pada masa penjajahan.
"Ini pertama kali dalam sejarah Indonesia, dilakukan pengembalian benda budaya atau artefak Indonesia yang dibawa dengan cara tidak pantas, atau yang disebut dengan Koloniale Roofkunst (seni yang dicuri oleh negeri kolonial)," papar Hilmar.
Penyelamatan benda budaya Indonesia
Pengembalian koleksi dari Museum Prinsenhof di Delft, Belanda ini juga sebagai upaya "penyelamatan benda budaya milik Indonesia yang berada diluar pengelolaan pemerintah Indonesia."
Pengembalian sebagian koleksi dari Belanda ke Indonesia yang berjumlah 1.500 koleksi ini diharapkan mampu membuka peluang berikutnya dalam upaya pengembalian koleksi-koleksi penting milik Indonesia yang berada di negara lain.
"Ini sangat bersejarah dan kami ingin membagi kepada publik. Harapannya, ini membuka jalan bagi pengembalian benda museum lain yang ada di Eropa," kata Hilmar.
Pemerintah membentuk tim khusus untuk melakukan kajian asal-usul benda-benda yang ditawarkan. Selain itu pemerintah melaui Dirjen Kebudayaan juga mengajukan persyaratan kepada pemerintah Belanda bahwa pihak Indonesia diberi keleluasaan untuk memilih benda budaya yang akan direpatriasi, serta diberikan akses terhadap benda-benda bersejarah tersebut agar dapat dilakukan kajian secara komprehesif.
Dari 5.000 tahun SM hingga tahun 1940-an
Sebanyak 10 orang observer dari Museum Nasional mulai Kamis (02/01), bekerja mengidentifikasi kondisi benda-benda budaya bersejarah tersebut. Kepala Bidang Pengkajian dan Pengumpulan Museum Nasional, Nusi Lisabilla Estudiantin menjelaskan, hal ini dilakukan karena koleksi yang diterima tidak memiliki informasi dan asal-usul yang jelas.
Nusi mengatakan bahwa koleksi yang diterima dari Belanda sangat beragam dari jenis dan usianya. Sebut saja sebuah kapak yang diklaim berusia 5.000 hingga 1.000 tahun sebelum masehi (SM). Sementara benda yang berusia paling muda tercatat berasal dari tahun 1940-an.
"Itu ada kapak, kita masih teliti kenapa datangnya di Kalimantan. Jadi memang beragam. Baru kita lakukan kajian dan mengecek," imbuh Nusi.
Nusi juga menjelaskan bahwa 1.500 koleksi telah dibagi ke dalam tujuh kategori, yakni koleksi prasejarah, sejarah, etnografi, arkeologi, numismatik dan heritage, geografi, dan keramik. Namun, tidak menutup kemungkinan kategori koleksi bis terus dikembangkan seiring dengan hasil identifikasi yang didapat.
Dipamerkan pada Juni 2020
Proses pengembalian benda bersejarah itu, secara simbolis dialkukan pada 23 November 2016 silam, saat Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden RI Joko Widodo. Kala itu Rutte berkomitmen untuk mengembalikan sebnayak 1.500 benda-benda budaya milik Indonesia dari Museum Prinsenhof. Sebuah keris Bugis dikembalikan kepada Presiden Jokowi sebagai bentuk simbolis pengembalian koleksi tersebut.
Publik nantinya bisa melihat koleksi tersebut melalui pameran yang akan diselenggarakan Museum Indonesia pada bulan Juni 2020 mendatang.
Sementara itu, Kepala Museum Nasional Indonesia, Siswanto, mengatakan bahwa tak hanya Museum Nasional Indonesia saja yang berkesempatan mendapatkan benda-benda budaya bersejarah tersebut.
"Pengembalian benda-benda warisan budaya ini tidak selalu akan menjadi koleksi Museum Nasional Indonesia. Museum-museum di daerah juga berkesempatan untuk mendapatkan kembali benda-benda pusakanya untuk dikelola dan ditampilkan. Tawaran ini mungkin bisa memicu museum-museum di daerah untuk meningkatkan kualitas pengelolaan koleksinya,” pungkas Siswanto.
Krisis keuangan yang melanda museum-museum di Belanda juga ditengarai menjadi alasan pemerintah Belanda untuk mengembalikan sejumlah benda ke negara asalnya. Krisis tersebut menyebabkan sejumlah museum ditutup atau bergabung dengan museum lainnya. Ditaksir nilai 1.500 koleksi ini sekitar 1.1 juta Euro atau setara dengan 17 miliar Rupiah.
rap/as (dari berbagai sumber)