Bea Masuk Biodiesel Indonesia di UE Bayangi Pergerakan IHSG

Monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Indeks harga saham gabungan atau IHSG menghijau di level 6.185 pada pembukaan perdagangan Kamis 12 Desember 2019. Posisi itu menguat lima poin atau 0,09 persen, dibanding penutupan perdagangan Rabu 11 Desember 2019 di level 6.180.

Namun, analis Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi memprediksi, IHSG masih memiliki risiko melemah dan diperkirakan bergerak di rentang 6.147 sampai 6.210.

"Kami proyeksi, IHSG akan bergerak cenderung kembali tertekan," kata Lanjar dalam keterangan tertulisnya, Kamis 12 Desember 2019.

Lanjar menilai, babak akhir dalam kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China, masih penuh dengan ketidakpastian. Kondisi inilah yang menurutnya, menjadi salah satu sentimen buruk di pasar.

"Penasihat perdagangan AS menyatakan tidak ada indikasi bahwa Trump akan melakukan apa pun untuk pemangkasan tarif barang-barang impor China," ujar Lanjar.

Selain itu, IHSG juga tertekan setelah Komisi Uni Eropa, mengenakan bea masuk anti-subsidi terhadap biodiesel Indonesia, sebesar delapan persen sampai 18 persen. Hal tersebut, dinilai akan memberatkan kinerja produsen CPO.

"Pesimisme investor terhadap prospek sektor CPO masih menjadi katalis negatif," ujarnya.

Secara teknikal, analis Binaartha Sekuritas, M. Nafan Aji menjelaskan, support pertama maupun kedua memiliki range pada 6.167,41 hingga 6.119,42. Sementara itu, resistance pertama maupun kedua memiliki range pada 6.239,00 hingga 6.274,29.

Berdasarkan indikator, MACD telah menyentuh di area positif, meskipun Stochastic juga sudah membentuk pola dead cross di area overbought.

"Terlihat, pola downward bar yang mengindikasikan adanya potensi koreksi lanjutan pada pergerakan IHSG, sehingga berpeluang menuju ke support terdekat," ujarnya. (asp)