Erick Thohir Bakal 'Suntik Mati' BUMN yang Tak Sesuai Bisnis Utamanya

Menteri BUMN Erick Thohir di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Sumber :
  • VIVAnews/Fikri Halim

VIVA – Menteri Badan Usaha Milik Negara  Erick Thohir menilai, BUMN yang ada di Indonesia saat ini sudah terlalu banyak. Berdasarkan data terakhir Kementerian BUMM, jumlah keseluruhan BUMN hingga 2017 sebanyak 115.

Menurut Erick, dari banyaknya BUMN tersebut, tak sedikit yang beroperasi di luar bisnis utama perusahaan. Misalnya seperti PT PANN, BUMN yang awalnya beroperasi sebagai perusahaan pembiayaan kapal malah merambah ke pesawat.

"Jadi bukan kapal udara, nanti ada kapal yang lain, kapal-kapalan. Ini yang harus diperbaiki di core bisnisnya, inilah yang harus dimerger atau ditutup, tidak bisa berdiri sendiri, semua terlalu banyak," kata dia di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu, 4 Desember 2019.

Meski berencana menutup BUMN yang memiliki model bisnis seperti itu, hal itu tidak berarti dirinya enggan menjalankan visi misi presiden, terutama terkait memperluas penciptaan lapangan kerja.

Sebab katanya, jika bisnis BUMN tersebut efektif sesuai core bisnisnya, maka kinerjanya akan semakin baik dan semakin membutuhkan tenaga kerja lebih luas. Maka, visi misi presiden untuk membuka seluas-luasnya lapangan kerja bisa terealisasi.

"Apalagi visi presiden yang bicara cipta lapangan kerja, ternyata nanti BUMN ini punya anak hanya menggemukkan diri dan diisi cuma kroni-kroni, oknum," tuturnya.

Sebelumnya, Erick berencana menerbitkan peraturan menteri yang memperketat pembentukan anak dan cucu perusahaan BUMN. Nantinya, semua BUMN yang ingin membentuk anak atau cucu usaha harus didasari tujuan dan alasan yang jelas.

"Dalam pembentukan anak usaha atau cucu usaha saya rasa perlu ada alasan. Tidak main bentuk-bentuk saja," kata Erick usai rapat di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin, 2 Desember 2019. [mus]