Kisah Warga Kasta Rendah India, Bekerja Bersihkan Kotoran Manusia
- bbc
Di India, pekerjaan mengumpulkan kotoran manusia yang sering kali dilakukan langsung dengan tangan dilakukan oleh mereka yang berasal dari kasta rendah.
Mereka yang mengerjakan adalah warga yang berasal dari kasta yang memang sudah ditugaskan untuk itu atau yang disebut Scheduled Caste s. Komunitas Valmiki termasuk mereka dalam kasta rendah ini.
Kelompok masyarakat ini bekerja sebagai pemulung kotoran manusia yang mereka lakukan secara manual di India, tanpa proteksi untuk melindungi kesehatan mereka.
Di India Utara, Valmiki dipandang sebagai Dalit, kelompok yang sejak lama diasingkan dan disudutkan masyarakat.
Pekerjaan ini memang sejak lama diperuntukkan secara resmi bagi kelompok yang dimarginalkan masyakarat ini.
Kehidupan mereka tetap tidak berubah meskipun India secara umum telah mengalami kemajuan ekonomi, sosial dan teknologi.
Sudharak Olwe mendokumentasi kehidupan pekerja kebersihan Mumbai, India selama hampir 20 tahun. Berikut ini adalah foto-foto terbaru Olwe, melalui penugasan badan yang mengurus air, WaterAid. Karya ini dipamerkan sebagai bagian dari Hari Toilet Dunia PBB tahun 2019.
"Pemulung manual" dari kelompok Valmiki mengumpulkan kotoran manusia dengan menggunakan tangan dari toilet kering di Amanganj, Panna, Madhya Pradesh.
Betibai Valmiki mengatakan: "Kami tidak diizinkan minum teh di rumah makan manapun di sini.
"Bahkan jika kami mendatangi toko teh kecil, kami diberikan gelas plastik sekali pakai sementara teh orang lain dihidangkan dengan menggunakan gelas seperti pada umumnya."
Sebagian besar perempuan Valmiki menderita penyakit asma dan malaria, tetapi tidak mendapatkan layanan kesehatan. Jika mereka tak bisa bekerja karena sakit, mereka tidak mendapatkan upah.
Mukeshdevi, 42 tahun, berfoto dengan suaminya, Sukhraj, ibu mertua, lima anak dan dua cucu di Bhagwat Pura, Meerut, Uttar Pradesh. Dia mendapatkan 2.000 rupees atau Rp392.000 per bulan.
"Apakah kami memiliki pilihan lain?" tanyanya.
"Bahkan jika kami membuka toko, tidak seorangpun akan membeli karena kami Valmiki."
Santosh bekerja di Amanganj dengan istri dan dua anak laki-lakinya.
Pada tahun 1992, dia nyaris tenggelam ketika membersihkan tangki pembuangan kotoran manusia dengan rekan-rekannya. Satu orang di antara mereka meninggal dunia.
Tangki tersebut ternyata jauh lebih dalam dari pada perkiraan mereka.
Tetapi meskipun matanya buta, dia tidak pernah menerima ganti rugi apapun.
Di bagian punggung jaketnya tertulis kata-kata "Menjadi Manusia".
Di Agra Mohalla, Panna Geeta Mattu, Sashi Balmeek dan Raju Dumar bekerja setiap hari dari jam 05:00 sampai 13:00 dengan bayaran 7.000 rupee atau Rp1,3 juta per bulan.
"Sama sekali tidak terhormat," kata Geeta.
"Kami diperlakukan dengan sangat buruk. Kami tidak pernah menerima ucapan terima kasih."
Pada bulan April 2018, masyarakat Dom di luar kota Thillai Gaon, Bihar, kehilangan sepuluh rumah dan sebagian sapi mereka karena kebakaran.
Mereka bekerja di Sasaram, tetapi karena kehilangan kartu tanda penduduk dan kartu bantuan, mereka tidak menerima bantuan ataupun ganti rugi.
Meenadevi, 58 tahun, membawa kotoran manusia dari permukiman di Rohtas.
Dia mulai bekerja sebagai pemulung manual sejak 25 tahun lalu dengan ibu mertuanya.
"Pada mulanya, saya ingin muntah," katanya. "Saya tidak siap dan malu bekerja karena stigmanya.
"Tetapi sekarang saya sudah terbiasa dengan bau busuk. Kemiskinan membuat Anda tak punya pilihan,"
"Ibu mertua saya meninggal karena melakukan pekerjaan ini.
"Dia biasa membawa kotoran di kaleng seng. Saya melakukan hal yang sama.
"Sekarang, kami memang tidak lagi menggunakan kaleng seng. Tetapi, saya tetap bernasib sama."
Semua hak cipta foto milik Sudharak Olwe d an WaterAid