Usai Dipaksa Mundur, Eks Presiden Bolivia Evo Morales Kabur ke Meksiko

Mantan Presiden Bolivia Evo Morales.-(Getty Images)
Sumber :
  • bbc

Mantan Presiden Bolivia, Evo Morales, telah tiba di Mexico City. Ia mengaku meminta suaka karena merasa hidupnya terancam. Morales mengundurkan diri dari jabatan presiden pada Minggu (10/11) menyusul rangkaian unjuk rasa menentang hasil pemilihan presiden yang dipersengketakan dan telah berlangsung beberapa pekan.

Pesawat jet Meksiko yang menerbangkannya dari Bolivia telah mendarat di sebuah bandara di Mexico City. Sesaat setelah tiba dia memberikan pernyataan pers singkat. Morales mengatakan bahwa dirinya dipaksa mundur dan pada akhirnya melakukannya "agar tidak ada lagi pertumpahan darah".

Pemimpin berhaluan kiri itu mengatakan bahwa dirinya dan pemerintahan Bolivia merasa "sangat bersyukur" kepada Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, yang ia anggap telah menyelamatkan hidupnya.

"Selama saya hidup, saya akan tetap berpolitik, perjuangan masih berlanjut. Semua orang di dunia punya hak untuk membebaskan diri mereka dari diskriminasi dan penghinaan," tambahnya.

Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard, mengatakan bahwa Morales telah tiba "dengan selamat" seraya mengunggah cuitan berisi foto pesawat jet yang menerbangkannya.

Morales, seorang mantan petani koka yang pertama kali terpilih sebagai presiden pada 2006, merupakan pemimpin Bolivia pertama yang berasal dari masyarakat adat setempat.

Ia menerima banyak pujian atas upayanya menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan perekonomian Bolivia, tetapi juga menarik banyak kontroversi ketika dirinya menentang batas masa jabatan presiden yang diatur undang-undang dengan turut serta dalam pemilu Oktober lalu demi menduduki kursi presiden untuk keempat kalinya.

Hasil penghitungan suara pilpres itu pun diduga penuh kecurangan.

`Rencana B`

Sambil tersenyum dan mengangkat kepalan tangan ke udara, Morales tampak santai saat berjalan keluar dari pesawat di bandara internasional Mexico City sekitar pukul 11.15 waktu setempat (tengah malam WIB).

Namun perangai Morales yang semringah itu berbanding terbalik dengan berbagai kesulitan yang ditempuhnya saat melakukan penerbangan ke Meksiko dari kota Cochabamba, Bolivia, tempat ia berlindung.

Pesawat jet kepresidenan Meksiko yang dikirim untuk menjemput Morales awalnya berhenti di Peru untuk melakukan pengisian bahan bakar sembari menunggu perizinan masuk ke wilayah udara Bolivia.

Setibanya di Bolivia, pihak Peru memberitahu awak pesawat tersebut bahwa - atas "alasan politis" - mereka tidak diizinkan kembali ke Peru untuk melakukan pengisian bahan bakar kembali.

Saat itulah pemerintah Meksiko akhirnya mengeksekusi rencana B, kata menteri luar negeri Meksiko.

"Itu sungguh sulit dan menegangkan, karena ada situasi yang rumit di bandara tempat Evo Morales menunggu," kata Ebrard.

Setelah bernegosiasi dengan beberapa negara di kawasan tersebut, pesawat itu diberi izin untuk melakukan pengisian bahan bakar di Paraguay sebelum melanjutkan penerbangan ke Meksiko melintasi Brasil dan Peru.

Apa kabar terakhir dari Bolivia?

Wakil ketua Senat Bolivia, Jeanine Áñez, telah mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara atas dasar suksesi meski menerima pemboikotan partai pimpinan Morales.

Ia berjanji akan membawa perdamaian ke negaranya dan segera menggelar pemilu baru.


Sejumlah personel pasukan keamanan membersihkan puing-puing barikade saat berpatroli di jalanan kota La Paz - Reuters

Saat Morales bersiap meninggalkan negaranya untuk mengungsi ke Meksiko, aksi unjuk rasa kembali meletus di jalanan ibu kota administratif Bolivia, La Paz, tempat para pendukung pemimpin partai sosialis itu bentrok dengan pasukan keamanan.

Komandan militer Bolivia memerintahkan pasukannya untuk mendukung polisi, yang mendesak warga untuk tetap tinggal di rumah dalam upaya untuk menumpas aksi kekerasan yang terjadi.

Pada Selasa (12/11) kemarin, federasi utama serikat pekerja Bolivia memperingatkan akan melakukan aksi mogok entah sampai kapan, jika para pemimpin negara itu tidak memulihkan ketertiban konstitusi dan perdamaian dalam waktu 24 jam.

Bagaimana semua ini bisa terjadi?

Tekanan semakin membesar sejak kemenangan tipis Morales dalam pilpres bulan lalu mengantarkannya kembali menjadi presiden Bolivia untuk keempat kalinya.

Hasil pemilu itu dipertanyakan Organisasi Negara-negara Amerika Latin (OAS), sebuah badan regional yang menemukan adanya "manipulasi jelas" dan meminta hasil pilpres itu dibatalkan.

Sebagai tanggapan, Morales sepakat untuk menggelar pemilu baru. Namun lawan utamanya, Carlos Mesa - yang mendapat suara tertinggi ke dua dalam hasil penghitungan suara - mengatakan bahwa seharusnya Morales tidak terlibat dalam pemilu ulang.

Kepala angkatan bersenjata, Jenderal Williams Kaliman, lantas mendesak Morales untuk mundur demi perdamaian dan stabilitas.

Dalam pengumuman pengunduran dirinya, Morales mengatakan bahwa ia mengambil langkah itu untuk menghentikan aksi "pelecehan, pengeroyokan dan ancaman" terhadap rekan sesama pemimpin sosialisnya. Ia juga menyebut peristiwa yang menimpanya sebagai sebuah "kudeta".