HSBC: Perusahaan Indonesia Paling Optimistis terhadap Prospek Bisnis
- ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
VIVA – Survei terbaru HSBC menyebutkan, perusahaan di Indonesia memiliki pandangan yang lebih optimistis ketimbang perusahaan lain di dunia, termasuk di wilayah Asia. Optimisme tersebut menyangkut prospek bisnis jangka pendek, menengah, dan panjang.
Kondisi itu didasari oleh keyakinan bahwa sejumlah kebijakan ekonomi makro yang diambil pemerintah akan semakin memperkuat konsumsi domestik dan investasi.
“Para pebisnis di Indonesia memperlihatkan rasa optimisme yang sangat besar, dengan tingkat kepercayaan diri yang jauh lebih tinggi dibanding perusahaan-perusahaan lain di seluruh dunia termasuk di wilayah Asia,” kata Anurag Saigal, deputi direktur Commercial Banking, PT Bank HSBC Indonesia, merujuk survei HSBC bertajuk 'Navigator: Now, Next and How' yang mengukur sentimen dan harapan dunia bisnis di 35 pasar di seluruh dunia, dikutip Selasa 5 November 2019.
Navigator merangkum hasil survei komprehensif terhadap 9.131 perusahaan dari enam wilayah berbeda. Ini merupakan bagian dari serangkaian laporan 'Navigator' yang dipublikasikan oleh HSBC untuk mengetahui sentimen dan melihat masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan di seluruh dunia.
Survei ini juga mencoba melihat rencana investasi para pebisnis, bagaimana mereka mengambil keputusan-keputusan penting, melakukan berbagai perubahan, serta mengembangkan bisnis. Sebanyak 150 perusahaan dari Indonesia menjadi bagian dari sampel penelitian ini.
HSBC menetapkan kriteria pengambilan sampel, yaitu perusahaan dengan omzet minimal US$1,75 juta dan batas korporasi sebesar US$16,5 juta. Responden merupakan para pengambil keputusan kunci dan mereka yang memiliki pengaruh signifikan dalam pengambilan keputusan di perusahaan.
Indonesia Pusat Perhatian
Temuan penting dari survei ini, di antaranya adalah lebih dari setengah perusahaan Indonesia yang disurvei termasuk dalam kategori 'Navigator'. Kondisi itu yang berarti mereka mengharapkan penjualan tumbuh 15 persen atau lebih pada tahun berikutnya.
Responden Indonesia juga merasa percaya diri atas prospek bisnis masa depan mereka. Sembilan dari sepuluh perusahaan Indonesia optimistis tentang pertumbuhan, dibandingkan dengan setahun lalu.
"Optimisme di Indonesia berada di atas rata-rata Asia Pasifik, negara yang mendekati tingkat optimisme Indonesia adalah Bangladesh dengan 74 persen dan India dengan 72 persen," kata Anurag.
Selain itu, Navigator menunjukkan bahwa para pengambil keputusan dari perusahaan Indonesia optimistis terhadap prospek jangka pendek, menengah, dan panjang. Responden dari negara kepulauan memiliki prospek positif untuk tahun depan, juga untuk lima tahun ke depan.
"Mereka juga lebih optimis tentang pertumbuhan mereka dalam 12 bulan terakhir, level yang jauh di atas rata-rata global,” tutur Anurag.
"HSBC Navigator: Now, Next and How” juga menyebut tahun depan, lebih dari setengah bisnis yang disurvei (54 persen) memperkirakan penjualan mereka tumbuh 15 persen atau lebih. Perkiraan ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata global (22 persen) dan Asia Pasifik (19 persen).
Bisnis Indonesia disebut yang paling optimistis di 35 pasar. Bangladesh adalah yang terdekat, dengan 50 persen perusahaan di negara itu mengharapkan pertumbuhan penjualan 15 persen atau lebih.
Dalam jangka waktu lima tahun, proporsi bisnis di Indonesia yang mengharapkan penjualan tumbuh 15 persen atau lebih mencapai 61 persen.
***
Menavigasi Perlawanan Arus Global
Hasil survei HSBC juga mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan Indonesia yang diperkirakan bertumbuh dalam waktu dekat atau tahun depan, kemungkinan akan didorong oleh gabungan peningkatan fokus pada keberlanjutan, serta pemasok (supplier) dan bahan baku (raw materials) berkualitas tinggi.
Semua itu disokong oleh tenaga kerja yang terampil untuk meningkatkan produktivitas dan pengembangan bisnis dengan pembukaan pasar baru dan pengenalan produk atau layanan baru.
Indonesia sebagai negara terpadat keempat di dunia, telah menjadi ekonomi dengan pertumbuhan pesat selama kurang lebih satu dekade terakhir. Pertumbuhan setiap tahunannya mencapai sekitar 5 persen sejak 2015.
Para pembuat keputusan dalam perusahaan yang disurvei percaya bahwa tahun depan sepertinya masih menjadi tahun pertumbuhan bagi Indonesia. Hal itu karena kebijakan ekonomi makro yang bijak dengan memegang prinsip keberhati-hatian (prudent) semakin memperkuat konsumsi domestik dan masuknya aliran investasi.
"Melawan arus global sepertinya terdengar ambisius, tetapi masa depan di depan mata terlihat cerah,” ujar Dandy Pandi, country head, Global Trade and Receivable Finance, PT Bank HSBC Indonesia.
Strategi utama bagi bisnis di Indonesia, Dandy melanjutkan, untuk menghadapi ancaman bisnis yang mungkin terjadi, difokuskan pada peningkatan portofolio melalui berbagai cara. Hampir setengah (48 persen) dari perusahaan yang disurvei menyebutkan bahwa mereka meningkatkan kualitas produk atau layanan.
"Selanjutnya, sekitar 26 persen melalui investasi untuk inovasi. Selain itu, penggunaan bahan baku dan pemasok dengan kualitas lebih baik (25 persen), dan perluasan platform dan saluran digital merupakan strategi kunci lainnya,” tutur Dandy.
Sekitar 30 persen perusahaan juga menyebutkan bahwa ekspansi ke pasar-pasar baru adalah kunci strategi perluasan mereka.