Peringatan Runtuhnya Tembok Berlin: 'Malam Terburuk dalam Hidup Saya'
- bbc
Tiga puluh tahun lalu pada 9 November 1989, Tembok Berlin runtuh. Tak lama setelahnya, Egon Krenz mengundurkan diri sebagai pemimpin Jerman Timur.
Ini adalah salah satu tur paling aneh yang pernah saya alami. Saya berkeliling Berlin bersama Egon Krenz - pemimpin terakhir komunis Jerman Timur.
"Jalan ini dulunya Stalinallee!" dia memberitahuku saat kita menuju ke Karl-Marx-Allee.
"Mereka menamainya itu setelah Stalin meninggal.
"Dan di sana ada Lenin Square. Ada patung Lenin besar. Tapi mereka merobohkannya."
Dia melihat keluar jendela dan tersenyum.
"Republik Demokratik Jerman membangun semua ini."
Krenz, yang berusia 82 tahun dengan sigap, berada dalam kondisi yang jauh lebih baik daripada negara yang pernah ia pimpin. Republik Demokratik Jerman - Jerman Timur - tidak ada lagi.
Tiga puluh tahun setelah peristiwa runtuhnya Tembok Berlin pada 1989, Krenz setuju untuk menemui saya.
Kenapa Krenz mencintai Uni Soviet
Karena saya tidak terlalu fasih berbahasa Jerman dan Krenz tidak bisa menggunakan bahasa Inggris, kami berkomunikasi dalam bahasa Rusia.
Itu adalah bahasa yang dia kenal dengan baik. Dia harus bisa menggunakan bahasa itu karena Republik Demokratik Jerman adalah negara satelit dari Moskow.
Bagaimana kehidupan dulu: Pada Oktober 1989, patung Lenin masih menjulang tinggi di atas Lapangan Lenin di Berlin Timur - Getty Images
"Saya mencintai Rusia dan saya mencintai Uni Soviet," ujarnya kepada saya.
"Saya masih memiliki banyak koneksi di sana. Republik Demokratik Jerman adalah anak dari Uni Soviet. Uni Soviet berdiri di dekat buaian Republik Demokratik Jerman. Dan sayangnya, dia juga berdiri di ranjang kematiannya."
Bagi komunis Rusia, Jerman Timur adalah pos terdepan di Eropa. Uni Soviet memiliki 800 garnisun militer di Republik Demokratik Jerman dan setengah juta tentara.
"Memiliki kekuasaan atau tidak, kami memandang pasukan Soviet sebagai teman kami," tutur Krentz.
Tapi apa untungnya menjadi bagian dari kekaisaran Soviet?
"Ungkapan `bagian dari kekaisaran Soviet` ... itulah istilah khas Barat," jawabnya.
"Di Pakta Warsawa kita melihat diri kita sebagai mitra Moskow. Meskipun, tentu saja, ketika datang ke negara saya, Uni Soviet memiliki keputusan akhir."
Seorang perempuan berusaha meruntuhkan tembok di Berlin Barat beberapa hari setelah secara resmi dibuka pada November 1989 - Getty Images
Bagaimana Krenz mencapai puncak
Lahir pada tahun 1937, putra seorang penjahit, Egon Krenz menaiki tangga kepemimpinan komunis Jerman Timur dengan cepat.
"Saya adalah anggota Pelopor Muda. Kemudian menjadi anggota Pemuda Jerman Merdeka. Kemudian saya bergabung dengan Partai Persatuan Sosialis. Lalu saya menjadi ketua partai. Saya sudah melakukan semuanya!"
Selama bertahun-tahun, dia dipandang sebagai "pangeran muda" - penerus bagi pemimpin Jerman Timur Erich Honecker.
Namun ketika dia menggantikan Honecker pada Oktober 1989, partai komunis yang sedang berkuasa kehilangan kendali atas kekuasannya.
"Tapi siapa yang bertanya kepada kita, Egon?" Tiga ribu orang memprotes pemimpin komunis di Berlin pada 24 Oktober 1989 - Getty Images
Dari Polandia ke Bulgaria, kekuatan rakyat menyapu blok Timur. Jerman Timur tidak terkecuali.
Apa kesalahan Krenz?
Sepekan sebelum Tembok Berlin runtuh, Krenz terbang ke Moskow untuk pembicaraan penting dengan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev.
"Gorbachev mengatakan kepada saya bahwa orang-orang di Uni Soviet memandang Jerman Timur sebagai saudara mereka," ujarnya.
Melihat kembali pada kunjungan pertamanya ke Moskow sebagai pemimpin komunis, Egon Krenz yakin dia dikhianati - Getty Images
"Dan setelah orang-orang Soviet, dia sangat mencintai orang-orang Jerman Timur. Jadi saya bertanya: apakah Anda masih melihat diri Anda sebagai figur ayah di Jerman Timur? `Tentu saja, Egon`, ujarnya. `Jika kamu mengisyaratkan kemungkinan penyatuan kembali Jerman, itu tidak ada dalam agenda.`
"Pada saat itu aku pikir Gorbachev berkata jujur. Itu kesalahan saya."
Apakah kamu berpikir bahwa Uni Soviet mengkhianati Anda? tanya saya.
"Iya"
Bagaimana Jerman Timur berakhir
Pada 9 November 1989, Tembok Berlin runtuh. Kerumunan orang-orang Jerman Timur yang gembira keluar melintasi perbatasan yang terbuka.
"Itu adalah malam terburuk dalam hidup saya," kenang Krenz.
"Saya tidak ingin mengalami itu lagi. Ketika para politisi di Barat mengatakan itu adalah perayaan rakyat, saya mengerti itu. Tetapi saya memikul semua tanggung jawab. Pada saat yang penuh emosi, jika ada yang terbunuh malam itu, kita bisa saja tersedot ke dalam konflik militer antara kekuatan-kekuatan besar."
Warga Berlin Timur memanjat Tembok Berlin pada 9 November 1989, menjatuhkan Tirai Besi di Jerman - Reuters
Dalam waktu satu bulan runtuhnya Tembok Berlin, Krenz mengundurkan diri sebagai pemimpin Jerman Timur. Tahun berikutnya Jerman Timur dan Barat bersatu kembali. GDR diasingkan ke sejarah..
Tidak lama kemudian Uni Soviet sendiri hancur berantakan. Tetapi di seluruh Eropa Timur Mikhail Gorbachev, tidak seperti Egon Krenz, dipandang sebagai pahlawan karena membiarkan Tirai Besi dirobohkan.
Tembok Berlin membagi kota itu selama hampir 30 tahun - Getty Images
Berbicara kepada saya pada tahun 2013, mantan presiden Soviet itu mengatakan: "Saya sering dituduh memberikan Eropa Tengah dan Timur. Tetapi kepada siapa saya memberikannya? Saya memberikan Polandia, misalnya, kembali ke Polandia. Siapa lagi selain mereka yang berhak memilikinya?"
Krenz telah kehilangan kekuasaan dan negaranya.
Kemudian, dia kehilangan kebebasannya.
Pada tahun 1997 ia dihukum karena pembunuhan orang-orang Jerman Timur yang ditembak karena mencoba melarikan diri melintasi Tembok Berlin. Dia menghabiskan empat tahun di penjara.
`Perang dingin tak pernah berakhir`
Hingga kini, Egon Krenz masih tertarik pada politik. Dan masih mendukung Moskow.
"Setelah presiden yang lemah seperti Gorbachev dan Yeltsin, merupakan keberuntungan besar bagi Rusia yang memiliki [Presiden Vladimir] Putin."
Dia bersikeras bahwa Perang Dingin tidak pernah berakhir, tetapi malah "diperangi sekarang dengan metode yang berbeda".
Hari ini Krenz hidup tenang di pantai Laut Baltik Jerman.
"Saya masih mendapat banyak surat dan telepon dari cucu-cucu warga GDR. Mereka memberi tahu saya bahwa kakek nenek mereka akan menyukainya jika saya bisa mengucapkan selamat ulang tahun kepada mereka. Kadang-kadang orang mendatangi saya dan meminta tanda tangan atau selfie . "
Ketika kami keluar dari mobil di pusat Berlin, seorang guru sejarah dan kelompok siswa kelas 10 mendatangi kami. Ini hari keberuntungan mereka.
"Kami sedang dalam perjalanan sekolah dari Hamburg untuk mempelajari sejarah GDR," kata sang guru kepada Krenz.
"Sungguh menakjubkan memilikimu sebagai saksi yang hidup. Seperti apa rasanya bagimu ketika Tembok runtuh?"
"Itu bukan karnaval," kata Tuan Krenz. "Malam itu sangat dramatis."