Fokus Pemerataan, Kemenhub Optimalkan Program Indonesia Sentris
- VIVA/Sherly
VIVA – Pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia terus dilakukan Kementerian Perhubungan. Hal ini dilihat dari capaian kinerja yang terus mengoptimalkan program Indonesia Sentris dan bukan Jawa Sentris.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Polana B. Pramesti mengatakan program Indonesia Sentris yang dicanangkan pemerintahan Joko Widodo telah membuka akses keterisolasian serta dapat meningkatkan perekonomian suatu daerah.
Menurut dia, dalam kurun waktu lima tahun ini, dilakukan pembangunan infrastruktur transportasi dengan pendekatan Indonesia Sentris untuk membuka keterisolasian, yaitu dengan memberikan dukungan aksesibilitas terhadap daerah 3TP (Terluar, Terdepan, Tertinggal dan Perbatasan).
"Capaian kinerja periode pembangunan 2015 hingga 2018 cukup optimal, hal ini dapat dilihat dari 10 bandara baru selesai dibangun dan sudah dioperasionalkan. Tidak hanya itu, ditargetkan pada tahun ini akan tambah lima bandara lagi," kata Polana dalam keterangan tertulisnya, Senin 21 Oktober 2019.
Ia menuturkan, 10 bandara tersebut adalah Letung di Anambas Kepulauan Riau, Namniwel di Buru Maluku, Miangas di Sulawesi Utara, Morowali di Sulawesi Tengah, Werur di Tambrauw Papua Barat, Maratua di Kalimantan Timur, Koroway Batu di Boven Digoel Papua, Kertajati di Jawa Barat, Samarinda Baru di Kalimantan Timur dan Tambelian Sintang di Kalimantan Barat.
Sedangkan, untuk kelima bandara yang akan ditargetkan selesai tahun ini adalah Siau di Tagulandang Biaro Sulawesi Utara, Tambelan di Bintan Kepulauan Riau, Muara Teweh di Barito Utara Kalimantan Tengah, Buntu Kunik di Tanah Toraja Sulawesi Selatan dan Pantar di Alor Nusa Tenggara Timur.
Tidak hanya itu, Polana mengungkapkan, hingga 2019 ini sebanyak 127 bandara pemerintah telah melakukan pemeliharaan dan pengembangan bandara di wilayah perbatasan, lalu sebanyak 290 di daerah rawan bencana dan 242 bandara yang ada di daerah terisolasi.
"Di sini dapat dilihat kalau filosofi Indonesia sentris itu menjadi tekanan dari apa yang kita lakukan, baik berupa pembangunan maupun kegiatan yang dilaksanakan dengan memperhatikan daerah terluar terdepan, tertinggal dan di perbatasan,” katanya.
Jembatan Udara
Polana juga menjelaskan untuk mendukung penurunan disparitas harga barang kebutuhan masyarakat pada daerah terpencil dan tertinggal atau daerah yang belum dilayani oleh moda transportasi lainnya maka pihaknya telah membuat program jembatan udara yang merupakan angkutan udara perintis kargo.
"Hasilnya sangat menggembirakan bahwa jembatan udara ini dapat menekan 44.85 persen penurunan harga rata-rata untuk lima bahan kebutuhan pokok. Dan penurunan tersebut tercatat sejak program ini diluncurkan pada Desember 2017 lalu," katanya.
Dan menurut Polana hingga 2019 ini ada enam bandara hub dan 39 rute penerbangan untuk jembatan udara tersebut.
Dan keenam bandara tersebut yaitu Juwata di Tarakan Kalimantan Utara, Andi Djemma Masamba di Luwu Utara Sulawesi Selatan, Wamena di Jayawijaya Papua, Mozes Kilangin di Timika Papua, Nop Goliat Dekai di Yahukimo Papua dan Tanah Merah di Boven Digoel Papua.