Bank Mandiri: Sektor Pariwisata Paling Menguntungkan Perbankan
- www.mandiri-capital.co.id
VIVA – Senior Vice President Corporate Banking Bank Mandiri, Mochamad Rizaldi mengakui, bagi pihak perbankan sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling menguntungkan dari segi pembiayaan.
Hal ini dijelaskan Rizaldi, karena menurutnya konteks pembiayaan dan pelaksanaan program di sektor pariwisata, masih terbilang lebih mudah dibandingkan sektor lain seperti sektor pertambangan dan sejenisnya.
"Kalau mining misalnya, itu kan kita harus menggalinya dulu dari dalam perut bumi. Tapi kalau pariwisata itu kan kita tinggal melengkapi dengan penginapan, jalan, dan sebagainya," kata Rizaldi di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, Kamis 17 Oktober 2019.
Karenanya, Rizaldi memastikan bahwa dalam melihat sektor pariwisata ini, Bank Mandiri memiliki sudut pandang dan pendekatan yang cenderung holistik.
"Jadi sebagai suatu ekosistem, pendekatan kita itu holistik. Karena kita enggak bisa hanya melihat bahwa di sektor pariwisata itu cuma sebatas membangun hotel, jalan, dan lain sebagainya," ujar Rizaldi.
Dia mengakui, dari potensi pariwisata, apa yang dimiliki bangsa Indonesia saat ini memang sangat besar dan masih butuh untuk lebih dikembangkan lagi ke depannya. Hal itu mencakup seluruh aspek dan varian jenis pariwisata, termasuk dari sisi wisata yang berkonsep alam maupun yang berkonsep budaya.
Untuk itu, dengan memperhatikan masalah ekosistem tadi, Bank Mandiri biasanya akan melihat faktor apa saja yang menyebabkan orang bersedia datang, dan mengunjungi suatu destinasi wisata.
Misalnya, lanjut dia, apakah objeknya sudah dibangun dengan baik, kemudian apakah di bundling dengan pengembangan jalan dan fasilitas lain, dan hal-hal terkait lainnya.
"Lalu bagaimana sih SDM di sana? Kalau memang warga setempat tidak suka banyak orang asing datang, maka itu juga akan menjadi problem untuk kita," kata Rizaldi.
Oleh karena itu, Rizaldi pun menjelaskan bahwa Bank Mandiri akan senantiasa memberikan perhatian dan dukungan kepada empat aspek, dalam pengembangan suatu destinasi wisata.
Aspek pertama, masalah pemberian insentif kepada para investor dalam upaya pengembangan destinasi wisata lokal, termasuk soal kemudahan investasi dan kepastian kebijakan.
Kedua adalah soal integrasi pengembangan pariwisata, yang dimulai dari aspek promosi, akses, atraksi, hingga infrastruktur dan penunjang lainnya.
"Ketiga adalah 'people awareness', yakni berupa dukungan kepada UMKM lokal penunjang pariwisata, dalam promosi dan marketing untuk mendorong daya saing dan kelayakan usaha," kata Rizaldi.
"Lalu terakhir adalah soal policy alignment, yakni harmonisasi kebijakan pengembangan pariwisata, baik antar kementerian maupun pemerintah pusat serta pemerintah daerah," ujarnya.