Ekspor Buruk, Darmin Jamin Ekonomi RI Tetap Tumbuh 5 Persen pada 2019

Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution.
Sumber :
  • VIVAnews/Fikri Halim

VIVA – Pemerintah masih optimistis ekonomi Indonesia akan mampu tumbuh di atas lima persen sepanjang 2019. Itu terjadi, meski perekonomian beberapa negara maju maupun berkembang diperkirakan terkoreksi dan berpotensi resesi. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution tak ragu memperkirakan ekonomi Indonesia sepanjang 2019, bisa tumbuh di kisaran 5,1-5,17 persen, meski jauh di bawah target pertumbuhan yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019, sebesar 5,3 persen.

Menurutnya, perekonomian Indonesia tidak banyak dipengaruhi perdagangan internasional. Sehingga, lemahnya perdagangan global yang terjadi akibat perang perdagangan Amerika Serikat dan China selama ini, tidak terlalu memengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

"Kita itu kan, negara yang peranan ekspor-impornya tidak terlalu tinggi terhadap PDB. Artinya apa? Pengaruh dari perdagangan global itu pasti ada, tetapi tidak sebanyak kayak Malaysia, apalagi Singapura, yang pertumbuhannya sudah nol persen," kata dia di kantornya, Rabu 9 Oktober 2019.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Kuartal II-2019, ekspor-impor Indonesia memang hanya berperan kecil dalam struktur PDB Indonesia yang tumbuh 5,05 persen secara tahunan. Yakni, 17,61 persen untuk ekspor dan impor bahkan peranannya terus tergerus, yakni hanya -18,53 persen.

"Karena, kita porsi ekspor-impor dalam PDB tidak setinggi Malaysia atau Thailand dan Singapura. Jadi, dia masih tetap bisa bertahan di 5,1-5,17 persen sepanjang tahun ini," ungkap Darmin.

Darmin menilai, dengan besarnya peranan konsumsi rumah tangga terhadap PDB Indonesia, yakni mencapai 55,79 persen pada kuartal II-2019, dan Pembentukan Modal Tetap Bruto atau investasi 31,25 persen, maka ekonomi Indonesia masih bisa bergeliat di tengah besarnya tantangan ekonomi global pada tahun ini hingga tahun-tahun mendatang.

"Kalau lima sih, mestinya masihlah, terutama dilihat dari konsumsi rumah tangganya, dari sana kan pertama-tama ekonomi kita yang lebih banyak tergantung demand dalam negeri daripada ekspor. Bedanya gitu, jadi jangan dicampur aduk kalau dunia lagi, agak payah. Jangan dianggap, kita langsung payah," tegas dia. (asp)