Terapkan Industri 4.0, Ekonomi RI Bisa Terdongkrak Hingga 2 persen
- VIVAnews/Raden Jihad Akbar
VIVA – Kementerian Perindustrian sedang fokus menggenjot kinerja lima sektor manufaktur di dalam negeri untuk siap memasuki era industri 4.0. Kelima sektor tersebut, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, kimia, otomotif, serta elektronika.
Sekretaris Jenderal Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, sektor itu dipilih berdasarkan evaluasi dampak ekonomi dan kriteria kelayakan implementasi. Khususnya yang berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), perdagangan, potensi dampak terhadap industri lain, besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar.
"Implementasi industri 4.0 yang baik bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekitar 1-2 persen, peningkatan kontribusi sektor terhadap PDB hingga 25 persen pada 2030, dan peningkatan net export hingga 10 persen di 2025," tuturnya dalam acara Pendalaman Kebijakan Industri di Padang, Sumatera Barat, Selasa 8 Oktober 2019.
Lebih lanjut, dia menjabarkan, untuk industri makanan dan minuman (Mamin) misalnya. Dalam kurun lima tahun terakhir, kinerjanya konsisten positif melampaui dari pertumbuhan ekonomi.
“Sektor ini tumbuh rata-rata di atas 8-9 persen. Jadi, kalau industri makanan dan minuman ini kita berikan upaya-upaya peningkatan yang lebih besar lagi melalui industri 4.0, tentu pertumbuhannya bisa double-digit,” tambahnya.
Industri Mamin pun berperan penting dalam peningkatan nilai tambah bahan. Sebab, sebagian bahan bakunya diperoleh dari dalam negeri. "Apalagi, sektor ini didominasi oleh IKM (industri kecil dan menengah), sehingga bisa mewujudkan ekonomi yang inklusif,” imbuhnya.
Sigit menegaskan, pemerintah telah menyusun langkah strategis untuk menggenjot kinerja lima sektor itu dalam peta jalan Making Indonesia 4.0. Peta jalan ini diyakini akan dapat mewujudkan visi Indonesia menjadi negara 10 besar yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada 2030.
“Serta, mengisi kebutuhan tenaga kerja yang melek digital hingga 17 juta orang untuk mendorong peningkatan nilai tambah terhadap PDB nasional hingga US$150 miliar pada 2025,” paparnya. (asp)