Investor China hingga Prancis Minati Pengembangan Bandara Singkawang

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi
Sumber :
  • VIVAnews/Fikri Halim

VIVA – Pemerintah membuka kesempatan investor asing masuk ke pengembangan infrastruktur di Tanah Air. Salah satu yang akan terealisasi dalam waktu dekat adalah pengembangan Bandara Singkawang di Kalimantan Barat.

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, mengungkapkan, sudah banyak investor asing yang berminat untuk ikut mengembangkan bandara tersebut. Konsep pengembangannya menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

"Banyak sekali, ini mengejutkan, terima kasih, mungkin lebih dari 10 bahkan 20. Di antaranya ada Prancis, Kanada, Korea Selatan, Jepang, China," kata Budi usai market sounding proyek KPBU Bandara Singkawang, di kantor BKPM, Jakarta, Senin 7 Oktober 2019. 

Dia mengungkapkan, progres studi kelayakan atau feasibility studies (FS) Bandara Singkawang masih terus berjalan. Diharapkan Budi, proses pengembangan Bandara Singkawang sama berhasilnya seperti pengembangan Bandara Komodo, Labuan Bajo.

"Seperti yang pengalaman kita di Labuan Bajo itu suatu diskusi baik sekali, karena ada proses berpikir yang baik untuk berikan terbaik untuk Labuan Bajo. Sama seperti Singkawang, formatnya tak akan sesederhana kalau kita bangun sendiri," tuturnya.

Budi juga mengatakan, melalui skema KPBU maka akan banyak pihak yang akan melakukan FS sehingga keberhasilan pembangunan akan terjamin.

"Apalagi kita libatkan profesional, tim juri yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu untuk awasi proses ini. Kita yakin ini jadi contoh yang baik untuk semua infrastruktur yang lebih profesional," ujar dia.

Berdasarkan data BKPM, nilai investasi yang ditawarkan pemerintah kepada badan usaha untuk mengembangkan proyek Bandara Singkawang ini adalah sebesar Rp4,3 triliun. Nilai ini terdiri atas modal untuk membangun bandara (capital expenditure) Rp1,7 triliun dan modal pengoperasian (operational expenditure) Rp2,6 triliun.

Setelah badan usaha lolos, maka akan diberikan konsesi 32 tahun sejak proyek ini berjalan yaitu pada 2023. Selain itu, diprediksi dalam financial feasibility indicator, penerimaan bandara dari segi udara (aeronautical revenue) sebesar Rp15,9 triliun, dan dari segi non udara (non aeronautical revenue) sebesar Rp2,1 triliun.

Adapun project IRR (internal rate of return) diperkirakan sebesar 12 persen dan equity IRR sebesar 15 persen.