Potensi Ekonomi Digital RI Capai US$40 Miliar pada 2019

Laporan e-Conomy SEA 2019 gubahan Google, Temasek, dan Bain & Company.
Sumber :
  • VIVAnews/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA – Berdasarkan laporan bertajuk "Swipe up and to the right: Southeast Asia's $100 Billion Internet Economy", sektor perekonomian digital Indonesia diprediksi akan menjadi yang terdepan, dengan potensi mencapai US$40 miliar pada 2019, dan disebut-sebut sebagai yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Laporan e-Conomy SEA 2019 gubahan Google, Temasek, dan Bain & Company itu mencatat, tingkat pertumbuhan 49 persen di sektor tersebut, dinilai sebagai yang paling pesat untuk kawasan Asia Tenggara, dengan potensi hingga menyentuh angka US$133 miliar pada 2025.

"Hal itu melampaui prediksi tahun lalu, sebesar lebih dari 30 persen," kata Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf di kantornya, kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Senin 7 Oktober 2019.

Dengan perpaduan Google Trends, riset Temasek, dan analisis Bain & Company, serta berbagai sumber dari industri dan wawancara ahli, laporan tersebut menjelaskan transformasi ekonomi Indonesia yang luar biasa, sehingga menjadi pendorong pertumbuhan yang dinamis bagi Asia Tenggara. 

“Laporan tahun ini menunjukkan performa optimal Indonesia yang melampaui semua ekspektasi, dari tiga laporan tahunan sebelumnya," ujar Randy.

Dia menjelaskan, saat ini dapat dilihat bagaimana start up-start up Indonesia menjadi pemain tingkat regional, dan bagaimana pendekatan inovatif mereka untuk memecahkan masalah lokal juga mampu merevolusi sejumlah sektor.

Seperti misalnya sektor transportasi, jasa pengantaran makanan, wisata dan perjalanan, serta berbagai jenis e-commerce di seluruh kawasan Asia Tenggara. 

Randy menjelaskan, hal itu sejalan dengan lima sektor cakupan utama yang dikaji pihaknya, yakni sektor e-commerce, media online, transportasi online, wisata dan perjalanan, serta jasa keuangan digital sebagai sektor yang baru ditambahkan tahun ini.

"Dalam empat tahun ke depan, laporan memprediksi pertumbuhan 12 kali lipat untuk sektor e-commerce Indonesia dan pertumbuhan 6 kali lipat untuk transportasi online," kata Randy.

"Selain itu, pembiayaan di Indonesia juga berpotensi untuk melebihi rekor yang tercatat pada tahun 2018 lalu," ujarnya.

Diketahui, dalam laporan tersebut juga tercatat bahwa wilayah Jabodetabek masih menjadi pendorong utama, dalam pertumbuhan di sektor ekonomi digital di Indonesia saat ini. (asp)

Data menunjukkan pengguna yang tinggal di area tersebut, membelanjakan uang senilai US$555 per kapita (dalam gross merchandise volume/GMV) dibandingkan US$103 di area non-metro. Meskipun, daerah non-metro diperkirakan juga akan bertumbuh dua kali lebih pesat dalam enam tahun ke depan.

Selain itu, laporan juga mengungkapkan temuan bahwa semua sektor ekonomi internet di setiap daerah, memang diuntungkan dengan meningkatnya penggunaan pembayaran digital semacam itu.