Bangun KEM Kolok Bengkala, Pertamina Kucurkan Rp1,3 Miliar
- VIVAnews/Daurina Lestari
VIVA – Pertamina menggagas Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) Kolok Bengkala untuk membangun kemandirian masyarakat adat Desa Bengkala, Kabupaten Buleleng, Bali. Pembangunan KEM Bengkala dimulai pada 2015 dan dirancang selama lima tahun hingga 2020 dengan anggaran CSR senilai Rp1,3 miliar.
Selain membangun fasilitas warga, Pertamina memberi pelatihan dan pemberdayaan ekonomi komunitas Kolok, yang terlahir bisu tuli, di Desa Bengkala. Dengan bantuan CSR dari Pertamina ini diharapkan masyarakat adat Desa Bengkala, bisa tumbuh maju dan mandiri.
“KEM Kolok Bengkala sebagai komitmen Pertamina turut serta mewujudkan mimpi masyarakat adat Desa Bengkala untuk mandiri dan sejahtera, serta sekaligus meningkatkan akses pendidikan dan kesehatan masyarakatnya,” ujar Unit Manager Communication and CSR Pertamina MOR V, Rustam Aji, Kamis 26 September 2019.
Desa Bengkala berpenduduk sekitar 3.000 orang. Sebanyak 43 orang atau hampir dua persen penduduknya difabel bisu tuli sejak turun-temurun.
Bengkala pun tercatat sebagai desa yang memiliki komunitas kolok yang unik di dunia, karena memiliki bahasa isyarat sendiri yang berbeda dengan Bahasa Isyarat Indonesia (BSI) maupun International Sign Language (ISL). Karena itu, Desa Bengkala pun kerap disebut Desa Kolok.
KEM Kolok Bengkala telah menjadi daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara, serta kerap menjadi tempat studi banding para pemerhati seni dan budaya serta pemerhati bahasa Kolok dari berbagai negara.
Koordinator KEM Kolok Bengkala, I Ketut Kanta, mengatakan, sebelum adanya KEM, pekerjaan warga hanya bertani dan beternak. Komunitas Kolok Bengkala lalu dibekali berbagai keterampilan, sehingga bisa menghasilkan berbagai produk bernilai ekonomi.
KEM Kolok Bengkala kini sudah mampu menghasilkan produk tenun, jamu Sari Kunyit Bengkala, ingke atau piring Bali yang berbahan dasar lidi dan dupa harum dari abu dingin.
Bahkan diungkapkannya, KEM Kolok Bengkala sudah mampu memproduksi 100 botol minuman Sari Kunyit Bengkala yang didistribusikan ke warung-warung. Harga per botolnya dijual Rp6.000.
"Kita juga mendapat pesanan ingke 450 biji. Sementara hasil tenun umumnya dibeli oleh wisatawan asing, harga satu sarung tenun Rp300-400 ribu. Hasil tenun ini memberi pendapatan bagi masyarakat bisu tuli," ujar Kanta.
Menurutnya, dampak KEM luar biasa, karena warga setempat dan anak-anak putus sekolah bisa mendapat keterampilan untuk menghasilkan produk ekonomi, seperti dupa, dan ingke. Namun, pihaknya masih terkendala dalam aspek pemasaran produk. Dia pun berharap Pertamina turut membantu dalam hal pemasaran dan pengemasan produk.
"Ada sarung tenun yang belum laku. Kalau sudah banyak harus ada pemasaran supaya bisa memperoleh pendapatan dan keuntungan," ucapnya.