Emak-emak Pelinting Rokok Dibayangi Nestapa, Minta Jokowi Peduli
VIVA – Mata Ira Sukira (40 tahun) berkaca-kaca. Suaranya serak menahan isak. Di Monumen Kapal Selam Surabaya, Jawa Timur, pada Selasa 24 September 2019, ibu pelinting Sigaret Rokok Kretek atau SKT itu mengungkapkan bayangan nestapa yang akan dialaminya nanti, jika pemerintah menaikkan cukai dengan angka tinggi. Padahal, Ira tulang punggung keluarga.
Ira wajar membayangkan nestapa. Sebab, sampai saat ini belum ada kebijakan dari pemerintah yang membedakan secara tegas antara SKT dengan Sigaret Kretek Mesin (SKM) atau SPM, termasuk dalam hal cukai. Padahal, dari tahun ke tahun preferensi perokok dewasa terhadap seluruh segmen SKT mengalami penurunan.
Emak-emak pelinting rokok macam Ira khawatir, pabrik tempat mereka bekerja akhirnya tutup. "Jujur, kami tulang punggung (keluarga). Kalau sampai SKT nanti ditutup, kami tidak tahu lagi harus ke mana mencari penghidupan untuk anak-anak kami, buat keluarga kami," kata Ira di sela-sela aksi seribuan emak-emak pelinting rokok di Monkasel Surabaya, Selasa.
Hal sama disampaikan pelinting rokok lainnya, Suriati (47). Dia mengatakan, emak-emak pelinting rokok berkontribusi besar secara ekonomi, terutama kepada keluarga mereka. Apalagi, tak sedikit para suami mereka yang tidak bekerja, di antaranya karena jadi korban PHK. "Kalau sudah begitu, siapa lagi kalau bukan kami yang bekerja," ujarnya.
Dia juga mengkritisi rencana pemerintah yang akan menaikkan cukai hingga 23 persen pada 2020 mendatang. Jika pun naik, dia berharap, angka kenaikan untuk SKT lebih kecil dari pada SKM atau SPM. "Jika cukai rokok mesin naik Rp100, maka cukai rokok SKT maksimal naik Rp25. Syukur-syukur tidak naik," ujar Suriati.
Di Monkasel, Ira, Suriati, bersama seribuan emak-emak pelinting SKT melakukan aksi berupa kegiatan membagikan tanaman dan ecobag kepada masyarakat Surabaya. Aksi didorong oleh dampak terus menurunnya preferensi perokok dewasa terhadap keseluruhan segmen SKT di Indonesia.
Beberapa poster ditunjukkan peserta aksi. Di antaranya berbunyi: 'Lindungi Pelinting', 'Ratusan Ribu Pelinting Mengandalkan SKT', 'Rokok Mesin Murah, SKT Harus Lebih Murah', dan 'SKT Padat Karya'. "Kami meminta Pak Jokowi, pemerintah melindungi kami para pelinting SKT," tutur Suriati.