Masuknya Dana Asing Diharap Sokong Penguatan Rupiah Terhadap Dolar AS

Pekerja menunjukkan uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro memastikan, secara umum kondisi perekonomian Indonesia masih terbilang stabil dan terjaga. Meskipun, perekonomian global tengah menghadapi ketidakpastian sebagai akibat dari perang dagang Amerika Serikat dan China.

Salah satu hal yang menjadi tolak ukur, menurutnya, adalah penurunan defisit neraca perdagangan menjadi US$1,9 miliar pada periode Januari-Juli 2019, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai sebesar US$3,2 miliar.

"Secara keseluruhan, kami memandang optimis bahwa stabilitas ekonomi Indonesia masih baik dan terjaga," kata Andry di kantornya, kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin 9 September 2019.

Selain itu, Andry menjelaskan, adanya aliran modal asing yang masuk ke pasar obligasi sebesar Rp116 triliun dan pasar saham sebesar Rp59 triliun, merupakan salah satu indikator lain yang menunjukkan cukup kuatnya stabilitas perekonomian nasional saat ini.

Dia memastikan, hal itulah yang akan menjadi penyokong nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang hingga akhir tahun diprediksi akan berada di kisaran Rp14.200 sampai Rp14.300.

Dengan demikian, adanya sejumlah indikator yang memperlihatkan cukup kuatnya stabilitas perekonomian nasional di tengah ketidakpastian global saat ini, maka peluang pelonggaran kebijakan moneter pun menjadi sangat terbuka bagi Bank Indonesia.

Tujuannya tak lain adalah, demi menstimulasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, guna mengejar target yang diusung di APBN 2019 yakni sebesar 5,3 persen.

"Jadi, pelonggaran kebijakan moneter ini sangat penting, guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, di tengah kecenderungan perlambatan pertumbuhan ekonomi global," ujarnya.

Diketahui, sebelumnya Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan atau 7-Days Repo Rate selama dua bulan berturut-turut, yakni Juli dan Agustus 2019, di mana masing-masing sebesar 25 basis poin, sehingga suku bunga acuan BI menjadi 5,5 persen dari sebelumnya sebesar enam persen. (asp)