Geng Paedofil Terbejat Dunia Terungkap, 20 Tahun Memangsa Anak-anak
- dw
VIVA – Pengadilan Jerman menjatuhkan hukuman penjara terhadap dua orang pria atas kasus kekerasan seksual terhadap anak yang paling buruk yang pernah dicatat dalam sejarah negara tersebut pascaperiode perang.
Dikutip dari laman CNN Amerika, Pengadilan Distrik Detmold menyatakan dua pelaku bersalah karena sudah memperkosa, mencabuli puluhan anak perempuan maupun anak lelaki yang berusia tiga hingga 14 tahun. Keduanya juga memproduksi rekaman dan foto pornografi anak yang bisa disusun dalam 450 kasus.
Terpidana bernama Andreas V yang berusia 56 tahun dan pria dengan inisial S yang berusia 34 tahun. Masing-masing divonis penjara 13 tahun dan 12 tahun di penjara. Nama keduanya tidak dirilis lengkap karena UU Privat Jerman melarang publikasi dengan nama lengkap sekalipun seorang terpidana.
Keduanya masih dalam tahanan hingga kemudian akan dieksekusi ke lembaga penjara. Namun merujuk hasil putusan masih dimungkinkan potensi adanya penambahan masa hukuman terhadap keduanya.
Dua lelaki tersebut dan seorang tersangka yang dikenal dengan nama Heiko diketahui sedikitnya sudah mencabuli 40 orang anak yang kebanyakan dilakukan di pusat perkemahan di hutan Luegde di wilayah area pusat di Jerman. Kejahatan itu sudah dilakukan sejak 1998 hingga 2018 atau telah 20 tahun lamanya.
Diketahui bahwa Andreas V memang tinggal menetap di kamp tersebut. Salah satu korbannya bahkan anak asuhnya sendiri yang berusia 6 tahun yang kerap dia jadikan "pancingan" agar bisa membawa calon-calon korban lainnya.
Polisi Jerman meyakini bahwa Andreas V adalah pemimpin dan otak geng paedofil tersebut yang menggunakan kamp tersebut sebagai lokasi utama. Selain mencabuli anak-anak, mereka juga merekam dan menyebarkannya untuk mencari keuntungan lewat website gelap.
Saat kasus ini disidik polisi, disita 10 unit komputer, sembilan ponsel dan lebih dari 40 hard drives yang berisi data bukti kejahatan kekerasan seksual terhadap anak. Kasus kejahatan paedofil ini menjadi skandal yang masih menggemparkan Jerman. Apalagi polisi mengakui bahwa sebagian data yang seharusnya menjadi bukti telah hilang padahal sudah sempat diamankan polisi.