Bank Dunia: RI Butuh Tambahan Investasi Asing Rp226 Triliun Per Tahun

Ilustrasi suasana gedung perkantoran di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Bank Dunia merilis laporan terbarunya terkait risiko ekonomi global dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia edisi September 2019. Dalam laporan itu, Indonesia disebut membutuhkan dana asing US$16 miliar atau setara Rp226 triliun.

Kebutuhan arus dana dari luar tersebut dilakukan, untuk menutup defisit dari neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang mencapai US$33 miliar per tahun. Sementara itu, foreign direct investment (FDI) ke RI US$22 miliar per tahun.

"Sedang, investasi Indonesia ke luar negeri tak banyak, yaitu US$5 miliar per tahun," sebut laporan Bank Dunia dikutip, Rabu 4 September 2019.

Untuk itu, dalam mengatasi hal tersebut, Bank Dunia menyatakan bahwa solusi bagi Indonesia adalah tak perlu mengurangi defisit transaksi berjalan tersebut, melainkan menambah arus modal asing ke Indonesia.

Adapun arus modal asing atau FDI tersebut diharapkan berasal dari investasi jangka panjang, yang berorientasi ekspor, menciptakan lapangan kerja dan dana yang tak mudah keluar dari Indonesia.

"Karena, masalah dari neraca keuangan Indonesia dan membuat defisit transaksi berjalan adalah dana asing yang berasal dari portofolio, sehingga sangat volatile terhadap kondisi global," jelasnya.

Sementara itu, Ekonom PT Bank Pertama Tbk, Josua Pardede menilai, untuk mengamankan neraca pembayaran Indonesia semua upaya sudah dilakukan pemerintah, dari upaya turunkan defisit transaksi berjalan hingga mendorong investasi langsung masuk ke Indonesia.

Selain itu, sejumlah upaya yang sudah dilakukan tersebut juga sudah dirasakan, di mana pada tahun ini defisit transaksi berjalan diproyeksi akan turun di level 2,6-2,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
  
Sedangkan, untuk mendorong investasi pemerintah juga sudah menerapkan insentif pajak dengan harapan sektor riil akan naik di mana akan mendorong ekspor dan membuka lapangan kerja. 

"Meski tantangan cukup berat, sejumlah insentif sudah dan akan disiapkan pemerintah. Diharapkan, ini akan mendorong investasi masuk ke Indonesia dan memberi peluang investasi di tengah perang dagang AS-China," jelasnya kepada VIVAnews, Rabu 4 September 2019. (asp)