Defisit APBN Hingga Juli 2019 Bengkak Rp183,7 Triliun
- VIVAnews/Fikri Halim
VIVA – Kementerian Keuangan memperkirakan bahwa defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN hingga Juli 2019, kembali membengkak, yakni sebesar Rp183,7 triliun.
Posisi tersebut mengalami kenaikan, bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp151 triliun.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, defisit melonjak karena pendapatan negara hanya mampu tumbuh sebesar 5,88 persen. Sedangkan belanja negara, tumbuh lebih cepat, yakni mencapai 9,6 persen.
Adapun untuk tahun sebelumnya, pendapatan negara tercatat mengalami pertumbuhan lebih cepat, yakni mencapai sebesar 16,5 persen. Sedangkan belanja negara tumbuh lebih lambat, yakni hanya tumbuh sebesar 7,7 persen.
"Jadi, kalau kita lihat dari realisasi defisit kita, memang tidak serendah seperti yang kita rencanakan, karena penerimaan negara lebih lemah dan belanja negara yang sangat kuat. Namun, kita akan terus menjaga dinamika pada semester II ini," kata dia saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin, 26 Agustus 2019.
Secara nominal, lanjut Sri, pendapatan negara hingga Juli 2019, tercatat mencapai sebesar Rp1.052,83 triliun atau 48,63 persen terhadap target pendapatan negara dalam APBN 2019 yang sebesar Rp2.165,1 triliun.
Sementara itu, untuk belanja negara pada periode tersebut tercatat sebesar Rp1.236,54 triliun atau telah mencapai 50,2 persen dari target pendapatan negara dalam APBN 2019, yang sebesar Rp2.461,1 triliun.
"Realisasi semua pos penerimaan memperlihatkan ekonomi kita tertekan gejolak ekonomi global, karena ekspor turun dan harga komoditas bergejolak turun," kata dia.
Sri mengungkapkan, dengan catatan itu, keseimbangan primer pada Juli 2019 mengalami defisit Rp25,1 triliun, jauh lebih tinggi dibanding posisi yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat mengalami defisit sebesar Rp4,6 triliun.
Realisasi defisit keseimbangan primer itu mencapai 124,7 persen dari target APBN 2019, yang sebesar Rp20,1 triliun.