Menteri Basuki Ingin Program Satu Juta Rumah Dievaluasi

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVA – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono berharap, acara sarasehan dan peluncuran buku sejarah perumahan dalam peringatan Hari Perumahan Nasional atau Hapernas, 25 Agustus 2019, bisa menjadi ajang evaluasi pemerintah dalam melaksanakan amanat penyediaan perumahan rakyat.

Basuki ingin adanya evaluasi berupa kritik dan saran yang ditujukan bagi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR dalam kinerjanya lima tahun terakhir, sehingga bisa menjadi pangkal perbaikan dari berbagai hal yang kiranya masih perlu dioptimalkan lagi ke depannya.

"Saya ingin memohon bahwa pada tahun kelima Kabinet Kerja ini sekaligus ada evaluasi mengenai apa yang telah kami lakukan untuk bisa memperbaiki program (perumahan)," kata Basuki di kantornya, kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin 26 Agustus 2019.

Tak hanya itu, Basuki ingin mengetahui bagaimana masukan berbagai pihak, mengenai efektivitas dan hal-hal apa saja yang sepertinya masih harus digenjot Kementerian PUPR dalam pelaksanaan program satu juta rumah.

"Walaupun sudah dipublikasikan, tapi apakah sudah tepat program sejuta rumah itu. Makanya kita ingin ada evaluasi untuk kemudian dalam pelaksanaan ke depannya kita bisa lebih baik," tutur Basuki.

Basuki mengatakan, meskipun sejak dulu Bung Hatta dan para pendahulu bangsa pernah mengatakan penyediaan rumah bagi rakyat tidak akan mungkin selesai dalam waktu 50 tahun, namun optimisme dan proses pelaksanaan program tersebut harus tetap dijalankan.

Agar, pemerintah bisa lebih kompeten dalam upaya penyediaan perumahan bagi masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR.

"Karena backlog (kekurangan pasokan perumahan) kita itu sekitar 7-8 juta unit. Lalu kapan kita akan mulai sediakan rumah dengan baik," kata Basuki.

"Jadi penyediaan rumah tidak gampang. Maka kami ingin dengarkan rekomendasi dari para senior, para guru, sehingga mempelajari sejarah bukan untuk nostalgia tapi untuk evaluasi apa yang telah kita lakukan hari ini," ujarnya.