Pertamina Sebut Penutupan Kebocoran Gas di Karawang Akhir September

Tumpahan minyak mentah yang tercecer di Pesisir Pantai Tanjungsari, Karawang.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar

VIVA – Direktur Hulu PT Pertamina (Persero), Dharmawan H. Samsu memastikan, penutupan sumber kebocoran gas di salah satu sumur milik Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java, di perairan Karawang, Jawa Barat, akan bisa dilakukan pada September mendatang. Kebocoran gas terjadi sejak 12 Juli 2019 lalu.

Hal itu, menurut Dharmawan, juga sudah dibicarakannya kepada pemerintah, dalam hal ini Ditjen Migas Kementerian ESDM dan SKK Migas, saat pertama kali pihaknya mengumumkan keadaan darurat pada 15 Juli 2019 lalu.

"Kita langsung melakukan upaya recovery, salah satunya adalah dengan mempertahankan spill agar bisa tetap di tengah sesuai anjungan, maka akan menggunakan relief well," kata Dharmawan di kantornya, kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis, 15 Agustus 2019.

Dia menambahkan, "Jadi artinya, insya Allah sekitar akhir September sumbernya akan dapat dipadamkan."

Dharmawan memastikan, guna mencapai target yang ditetapkan pihaknya tersebut, upaya yang digenjot saat ini adalah memastikan bahwa spill tetap terisolasi di daerahnya itu sendiri.

Berarti, lanjut Dharmawan, masih ada waktu sekitar enam minggu ke depan, untuk memastikan bahwa sejumlah 400 barrel per hari bisa ditahan di lokasi sumbernya. "Sementara tim di darat melakukan pembersihan dan upaya-upaya maksimum lain," ujarnya.

Diketahui, sumur relief well atau YYA-1 RW yang dimaksud itu, sebelumnya ditargetkan untuk dibor sedalam 2.765 meter dan telah mencapai 1.680 meter per 14 Agustus 2019.

Selain menutup sumur YYA-1 tersebut, Pertamina juga masih harus mengisolasi tumpahan minyak (oil spill), agar tidak menyebar lebih luas dari sekitar lokasi sumbernya berasal.

Sementara penanganan di darat, sejumlah petugas dan relawan telah siap mengumpulkan oil spill ke dalam karung shoreline, yang hingga hari ini jumlahnya sudah mencapai 1,5 juta karung dengan total berat 7,1 ribu ton. (ase)