Kisah Sukses Kopi Banci Robusta Wine, Dapat Penghargaan Prancis
- VIVAnews/Muhammad AR
VIVA – Banci umumnya julukan yang disandang pria berpakaian wanita atau bersikap seperti wanita. Nah, namun, julukan ini disandangkan para petani kopi robusta di Gunung Sebelah, Kampung Catang Malang II, Kecamatan Sukamakmur, Bogor.
Mengapa demikian? Ya, kopi robusta yang memiliki cita rasa pahit ini bila melalui proses mengolah kopi dengan cara wine atau permentasi, maka rasa dihasilkan bakal lebih mirip kopi arabica yang memiliki rasa khas.
Lalu, bagaimana prosesnya? VIVAnews mewawancarai petani lokal yang memproduksi robusta wine, Ali Sungkowo. Petani yang sudah menginjakkan kaki di festival kopi internasional di Amsterdam, Belanda. Dia menceritakan awal mula kesuksesannya memasarkan kopi robusta wine.
Ali mengatakan, untuk proses awal biji kopi robusta dipilih melalui proses pemetikan. Hanya yang matang berwarna merah yang diambil. Kemudian, kopi langsung dimasukkan dalam sebuah wadah drum.
"Jangan sampai ada udara masuk agar menguatkan rasa wine, ini harus telaten dilihat jangan sampai berjamur selama 14-30 hari. Setiap petani yang menggunakan proses wine ini beda-beda ada yang sampai 45 hari," kata Ali di Kedai Kopi Taman Sukawangi Highland, Rabu 14 Agustus 2019.
Dengan proses wine, Ali mengatakan, kadar ADT akan lebih lembut dan tidak kasar seperti robusta pada umumnya. Rasa pahitnya kopi akan berkurang.
Menurut Ali, proses robusta wine berbeda dengan robusta biasa. Sebagai prosesor atau pengolah kopi saat pascapanen, pengolahan wine di sini menggunakan 14 hari dan 30 hari.
"Rasa asam wine arabica masih ada, lebih lembut, bersih, sedikit ada bagian tebal kental si kopinya. Kemudian tidak meninggalkan pahit seperti robusta pada umumnya. Yang namanya wine memang dikeramkan, 14 hari penuh tanpa penjemuran terlebih dahulu, dan ini berbeda dengan proses wine di tempat lain,” katanya.
Diutarakannya, setiap prosesor pengolahan wine punya standar khusus untuk proses wine ini. Kalau wine di sini hanya tiga hari sekali dicek berjamur atau tidak.
Hasilnya, Green Bean Robusta Catang Malang mendapat penghargaan dari luar negeri, salah satunya adalah penghargaan di Paris, Prancis. Teranyar, Maret 2019, emas hitam ini diundang dalam Amsterdam Coffee Festival, Belanda.
Dalam sehari saat panen, Ali yang juga guru pengajar di madrasah ini mampu mengolah 250 kilogram kopi robusta dengan proses wine. Pemesanan tergantung pada seberapa gigih petani mempromosikan kopi ini.
"Pemesanan tergantung dari kita bisa nggak menjual kopinya, dan robusta Catang Malang sudah terserap di berbagai roaster di Jabodetabek dan Bandung, karena robusta kami memiliki cita rasa sendiri dibandingkan robusta lain di Indonesia," kata dia.
Awal kemunculan Robusta Wine ini dikenalkan oleh pemerintah Kabupaten Bogor di Festival Kopi Bogor 2016 pertama. Di sana lah titik awal robusta Catang Malang bisa menjelajah dan dikenal di seluruh wilayah Indonesia dan luar negeri.
"Dulu kami hanya menjual kopi yang asalan, dari mulai petik dan prosesnya. Tetapi setelah ada pembinaan dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor, ada kenaikan yang signifikan, dari mulai budidaya, pascapanen, sampai pemasarannya," kata Ali.
Untuk harga sendiri, green been robusta ini hanya berkisar Rp38 ribu per kilogram untuk robusta proses honey dan alami. Sedangkan untuk proses robusta wine Rp50-60 ribu per kilogramnya, harganya jauh lebih murah bila dibandingkan biji arabica dengan harga Rp90-110 ribu.
Nah, untuk robusta honey dan natural yang sudah di roast been yang sudah dipanggang berkisar Rp120-130 ribu per kilogramnya dan untuk robusta wine dibanderol dengan harga Rp150 ribu. Sedangkan arabica roast been dengan harga Rp190 ribu per kilogramnya.
Namun demikian, benar saja soal rasa si Kopi Banci ini memiliki cita rasa khas, arabica. "Kenapa dijuluki kopi banci karena rasanya lebih mirip arabica. Tidak terasa robustanya. Itu hanya istilah saya saja. Buat saya pribadi lebih enak robusta wine dengan arabica," kata Ali.