Korsel Hambat Masuknya Gerakan Antipelecehan Seksual #MeToo

Pelecehan seks seksual pakaian mini bikini (foto ilustrasi).
Sumber :
  • REUTERS/Mark Makela

VIVA – Gerakan #MeToo adalah gerakan yang membongkar kasus serangan seksual yang dilakukan pria di dunia showbiz, politik, dan bisnis.

Gerakan ini dimulai pada Oktober 2017 dan mendapat perhatian penuh saat pagelaran Golden Globe 2018, Amerika Serikat, di mana seluruh aktris dan pembuat film wanita menggunakan busana hitam sebagai dukungan atas gerakan tersebut.

Korea Selatan merupakan salah satu negara yang mulai mengimplementasikan gerakan ini lewat aplikasi chatting, The Blind. 

Aplikasi ini bersifat anonim dan bebas untuk membicarakan hal sensitif, termasuk tentang bos dan pekerjaan mereka tanpa takut diketahui siapa yang menulis.

Co-Founder The Blind, Kim Sungkyum, mengaku jika pihaknya sekarang sudah menambahkan fitur Message Board yang didedikasikan untuk menambah cerita #MeToo.

Dalam waktu kurang dari 24 jam setelah Message Board #MeToo diluncurkan, lebih dari 500 post di-upload. Salah satu operator aplikasi menyatakan bahwa akibat trafik ini The Blind sulit diakses beberapa kali.

Namun, gerakan ini sepertinya sulit masuk di negeri Ginseng tersebut. Berdasarkan laporan terkait serangan seksual yang terjadi, beberapa di antaranya masuk ke dalam tuntutan yang sedang berjalan oleh jaksa penuntut umum.

Salah satu alasannya karena tingkat persamaan gender di Korea Selatan masih rendah. Menurut World Economic Forum, pada 2017, Korea Selatan berada di peringkat 118 dari 144 tentang kesetaraan gender.

Sejumlah masyarakat Korea Selatan takut untuk menjadi saksi tentang kekerasan yang terjadi dari perusahaan keluarga konglomerat yang mendominasi bisnis di negara tersebut. Ketakutan terbesar mereka adalah perusaahn tersebut akan menghancurkan hidup mereka.

"Kami pikir apa yang dilakukan jaksa penuntut umum memberikan momentum dari Gerakan #MeToo di Korea Selatan. Ini yang menjadi inspirasi kami," kata dia, dilansir situs Reuters, Jumat, 23 Februari 2018.

The Blind diluncurkan pada 2014 dan semakin populer di kalangan pekerja Korea Selatan. Alhasil, semakin banyak perusahaan yang meminta untuk di-takedown beberapa postingan yang mungkin bisa merusak reputasi mereka.

Namun, pihak The Blind tidak mengindahkan permintaan tersebut. Walaupun meningkatkan kewaspadaan akan perilaku para petinggi perusahaan, namun pengguna The Blind di Korea Selatan menyatakan belum melihat perubahan signifikan di tempat kerja mereka.

"Lewat The Blind, saya sadar bahwa banyak hal yang perlu dibenahi di kantor saya. Tapi saya belum melihat perubahan sama sekali. Perjalanan kita masih panjang," ujar salah satu pengguna The Blind yang bekerja di salah satu perusahaan konglomerat Korea Selatan. (ren)