Tren Investasi di Sektor Ritel Alami Pergeseran
- VIVA.co.id/Tasya Paramitha
VIVA – Perkembangan sektor ritel masih menjadi sorotan hingga awal tahun ini. Terutama jika dilihat dari gerai-gerai yang menjual barang-barang impor yang satu per satu tutup.
Baru-baru ini, Dorthy Perkins yang membuka gerai di Mal Kota Kasablanka tutup, mengikuti merek-merek seperti Clarks, Banana Republic, Gap, dan New Look.
Terkait hal ini, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong menilai, meski sektor ritel pada gerai-gerai yang menjual barang impor satu per satu berjatuhan, tren investasi di sektor ini masih positif. Tetapi, tentu mengalami pergeseran di sektor baru, tidak lagi melulu dalam bentuk konvensional.
"Masih positif, namun tentu mengalami pergeseran. Aspek negatif di sektor ritel konvensional itu kan di-offset dengan aspek positif di sektor baru, seperti e-commerce atau digital economy," kata Tom, sapaan akrab Thomas Trikasih Lembong, saat ditemui di kantornya, Kamis 8 Februari 2018.
Dia melanjutkan, jadi secara makro ekonomi, investasi bersih di sektor ritel masih positif trennya. Karena sektor itu tidak hanya berbentuk konvensional seperti gerai.
Meskipun begitu, Tom mengakui, penilaian tren investasi di sektor ritel yang masih dianggap positif itu, karena BKPM memang belum membedakan pencatatan arus investasi untuk jenis startup (usaha rintisan), atau jenis konvensional, sehingga pencatatan dilakukan berdasarkan sektor.
"Karena ini, sekali lagi fenomena startup juga mendadak sekali, kita terkaget-kaget. Terus terang, kita waktu itu belum siap dan sekarang sedang mengejar pembuatan perbedaan pendataan itu," ungkapnya.