Ada Kekhawatiran Inflasi, The Fed Tahan Suku Bunga Acuan
- Reuters
VIVA – Dalam rapat terakhir yang dipimpin Janet Yellen, Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuannya. Hal itu, karena tekanan inflasi AS diperkirakan meningkat tahun ini.
Dilansir dari CNBC, Kamis 1 Februari 2018, dalam keputusannya Bank Sentral AS tetap mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 1,25 persen hingga 1,5 persen hingga akhir tahun ini.
Meski begitu, pelaku pasar cenderung melihat hasil rapat dua hari tersebut belum memberikan petunjuk bagaimana sikap bank sentral di sisa akhir tahun ini dalam pergerakan suku bunganya.
Sebelumnya, berdasarkan data yang dikeluarkan Desember lalu, para pejabat pemerintah masih memperkirakan tiga kali kenaikan suku bunga acuan tahun ini, asalkan tidak ada gangguan signifikan terhadap kondisi pasar.
Namun, saat ini imbal hasil atau yield obligasi pemerintah telah bergerak naik dalam mengantisipasi inflasi dan pergerakan the fed yang lebih aktif.
Kepala Ekonomi RSM, Joe Brusuelas mengatakan, adanya revisi terhadap kenaikan terhadap pertumbuhan ekonomi memberikan perubahan pada keseimbangan terhadap risiko inflasi seperti perkiraan Bank Sentral.
Sehingga, menurutnya, Bank Sentral The fed harus mengubah cara dalam memprediksi tiga kali kenaikan suku bunganya tahun ini menjadi sebanyak empat kali.
"Inflasi yang didasarkan pada 12 bulan diperkirakan bergerak meningkat tahun ini dan untuk menstabilkan sekitar 2 persen perlu upaya jangka menengah," tegas pernyataan hasil rapat tersebut.
"Resiko jangka pendek untuk prospek ekonomi tampaknya seimbang, namun dewan gubernur tetap memantau perkembangan inflasi secara ketat." lanjut pernyataan tersebut.
Sebelum pertemuan tersebut, pasar memperkirakan kenaikan suku bunga terjadi pada akhir kuartal pertama yaitu di Maret. Sehingga, penyataan the fed saat ini mengubah hasil pertemuan pada Desember lalu.
Perlu diketahui, pertemuan dewan gubernur bank sentral AS pada Januari ini, menandai akhir dari jabatan Yalles di The Feds, yang kemudian akan diambil alih oleh Jerome Powell.
Laporan: Arrijal Rachman