RI Menang di WTO, Sinyal Positif buat Industri Sawit

Perkebunan kelapa sawit.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

VIVA – Indonesia akhirnya memenangi sengketa kebijakan pembatasan produk biodiesel di pasar Uni Eropa. Ini merupakan hasil akhir panel Badan Penyelesaian Sengketa (DSB) World Trade Organization yang memenangkan enam gugatan RI.

Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, mengatakan, Panel DSB WTO menilai UE tidak konsisten dengan peraturan perjanjian antidumping, selama penyelidikan dumping hingga penerapan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) diimplementasikan untuk produk Indonesia.

Lalu, bagaimana dampaknya untuk Indonesia?

Pengamat ekonomi dari Indef, Eko Listiyanto, mengatakan, secara umum berita tentang menangnya sengketa Indonesia terkait biodiesel dengan Eropa adalah menggembirakan di awal tahun ini. Langkah ini bisa mendorong ekspor biodiesel Indonesia berkembang lebih besar.

Selain itu, dengan kemenangan sengketa ini, upaya pemerintah terhadap hilirisasi produk bisa semakin optimal. Sebab, meski sudah diatur penggunaan biodiesel di Indonesia, tetap saja tidak bisa terserap seluruhnya di dalam negeri, sehingga perlu diekspor.

"Biodiesel Indonesia termasuk produk yang ramah lingkungan, dan tuduhan dari Eropa akan terbantahkan dengan keputusan WTO ini. Jadi ini berita positif bagi pelaku industri sawit nasional yang bergerak di biodiesel," tutur Eko saat dihubungi VIVA.

Ia mengungkapkan, meski sengketa biodiesel telah selesai, keputusan ini harus bisa segera dieksekusi sejumlah langkah diplomasi. Sebab, produk minyak sawit mentah atau CPO Indonesia tidak hanya biodiesel, sedangkan 17 persen ekspor CPO Indonesia adalah ke Eropa.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah perlu melakukan sejumlah hilirisasi lain yang bersumber dari komoditas sawit, seperti oleokimia yang menghasilkan produk turunan yaitu kosmetik dan farmasi. Ditambah upaya persiapan diversifikasi energi di tengah kenaikan harga minyak dunia.

"Di dalam negeri perlu juga didorong biodiesel untuk pengganti BBM. Apalagi saat harga BBM lagi naik, kita harus punya energi alternatif, jangan sampai terlambat ketika nantinya harga minyak dunia naik tinggi," ujarnya.