4-8-2007: Penemu Es di Planet Mars Diluncurkan
- www.nasa.gov
VIVA.co.id – Satu dekade lalu, Badan Antariksa Amerika Serikat meluncurkan wahana antariksa Phoenix ke luar angkasa. Wahana pendarat tersebut dikirimkan ke Planet Mars. Sembilan bulan kemudian Phoenix berhasil mendarat mulus di area Vastitas Borealis di Planet Mars pada 25 Mei 2008.
Keberhasilan mendarat di Planet Merah itu merupakan pencapaian penting. Phoenix merupakan pendaratan keenam di Mars yang berhasil serta misi pendaratan sukses pertama di kawasan kutub Mars.
Belakangan misi ini punya prestasi. Pasalnya, sebulan setelah mendarat, Phoenix mengonfirmasi berhasil menemukan air es yang tersembunyi di permukaan Mars.
Dikutip dari Space, Kamis 3 Agustus 2017, Phoenix bertugas mengonfirmasi kehadiran es air di dalam permukaan Mars. Pendarat ini bahkan telah menggali parit kecil dan mengamati potongan zat terang yang menguap beberapa hari setelahnya.
Instrumen Phoenix mendeteksi uap air dari sampel kotoran Mars. Secara signifikan, kendaraan menemukan 'air' di dekat Kutub Utara Mars, tapi bukan dalam bentuk kantong es kutub.
Menurut BBC, bongkahan sebesar ibu jari kaki itu tergali dari parit yang resmi disebut Dodo-Goldilocks, yang digali Phoenix dan dipotret pada hari ke-20 pesawat itu berada di Mars.
Empat hari kemudian, ketika parit itu difoto lagi, sebagian bongkahan itu hilang.
Sebelumnya dalam misi ini, harapan untuk menemukan es menjadi sirna sewaktu sampel tanah yang digali oleh Phoenix tidak memperlihatkan bekas-bekas air.
Sementara bukti-bukti es di Mars sudah dikumpulkan sebelum ini, bagian dari misi Phoenix adalah untuk mencari bukti yang mendukung teori bahwa kawasan kutub di planet itu kemungkinan bisa dihuni.
Laman Space menuliskan, selanjutnya misi Phoenix dalam mencari unsur kehidupan di Mars diteruskan oleh robot pendarat Curiosity yang mendarat di Mars pada 6 Agustus 2012.
Curiosity memberikan hasil yang maksimal. Robot telah menemukan adanya sampel gas metana di kawah Gale, lokasi pendaratan Curiosity. Gas metana merupakan salah satu faktor yang mendukung kehidupan selain air. Di sana, terdapat tingkat metana 0,7 bagian per miliar.
Selain gas metana, di kawah tersebut juga ditemukan perklorat pada sebidang pasir, yakni jenis garam yang berasal dari asam perklorat (HCI04). Materi itu berfungsi sebagai sumber energi bagi mikroorganisme potensial di Mars.
Bukti lainnya yang ditemukan oleh Curiosity adalah bekas danau di daerah Gunung Sharp di Mars. Danau yang diperkirakan telah terbentuk sejak miliaran itu, memberi pertanda bagi para ilmuwan bahwa Planet Merah itu cocok dengan Bumi. Bahkan, bisa menjadi tempat layak huni bagi manusia di masa depan.
Para ilmuwan NASA melihat danau tersebut, dulu dapat menampung air hingga lebar sekitar 98 mil atau 154 kilometer dan kedalamannya mencapai 3,5 mil atau setara dengan 5 kilometer. Bekas danau itu ditemukan berada di tengah kawah Gale, Gunung Sharp.
Ilustrasi wahana Phoenix mengambil sampel di permukaan Planet Mars (Foto: NASA)
Selanjutnya pada 2013, NASA mengumumkan Mars kuno mampu mendukung kehidupan mikroba primitif. Temuan ini berdasarkan sampel batuan pertama dari permukaan kawah Gale yang dibor oleh Curiosity. Pada 2014, potensi kehidupan dengan adanya metana yang masuk di atmosfer Mars dari mikroba, batuan dan air di bawah permukaan Mars, tapi begitu di atmosfer, metana kemudian hilang. (mus)