Nasib Transformasi Digital Pascapandemi, Lanjut atau Ditinggalkan?

Transformasi digital, seperti Cloud Computing, Big Data dan Internet of Things (IoT) akan menuntut pengolahan data berskala besar, sehingga dibutuhkan fasilitas data center yang andal, scalable, dan dengan keamanan tinggi.
Sumber :
  • Viva.co.id/Avra Augesty

VIVA – Pandemi COVID-19 yang terjadi sepanjang tahun ini memaksa semua orang untuk melakukan transformasi digital. Misalnya saja sejumlah bisnis offline yang berpindah ke platform online. Begitu juga sejumlah aktivitas yang akhirnya harus terhubung melalui dunia maya seperti sekolah hingga bekerja secara online.

Mengeksplorasi Peran Transformasi Digital

Namun, bagaimana jika COVID-19 sudah berlalu? Apakah perpindahan orang ke digital tetap terjadi atau ditinggal begitu saja? Country Manager Business Partner Ecosystem IBM Indonesia, Novan Adian, mengakui jika aktivitas transformasi digital saat ini memang terjadi akibat adanya pandemi.

Baca: Transformasi Digital Bergerak Lambat

Integrasi Teknologi dan Pendidikan untuk Mendongkrak Kualitas SDM

"Karena kondisi pandemi, maka sekarang masyarakat butuh lebih cepat mengadopsi digital. Mereka membutuhkan kontinyuitas," ujarnya, saat Virtual Media Briefing IBM Partner Solutions Summit 2020 – Accelerating Digital Reinvention, Rabu, 18 November 2020.

Akan tetapi, menurutnya, masyarakat merasakan manfaat dari transformasi digital. Walaupun dirinya tidak mengelak jika masih banyak aktivitas yang masih harus dikerjakan secara offline bukan online, begitu juga sebaliknya.

Dharma Sebut Bio Weapon untuk Pandemi Selanjutnya Sudah Disiapkan, Gong Kematian Pengusaha Jakarta

Novan mengatakan jika nantinya masyarakat akan memilih mana aktivitas yang cocok dilakukan secara digital. Bentuknya akan lebih hybrid bukan condong kepada salah satunya. "Yang kami amati memang ke depannya melakukan mana yang lebih efektif kalau melakukan transformasi digital. Bentuknya akan lebih hybrid," paparnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Direktur Utama Sinergi Wahana Gemilang, Chandra Maria Sari. Ia mengaku banyak manfaat yang didapatkan dari transformasi digital.

Misalnya aktivitas pelatihan atau training lewat webinar yang jauh lebih murah dan menjangkau banyak orang, karena tak terbatas kapasitas gedung lagi.

Meski begitu, Chandra mengakui tidak semua hal bisa dipindah ke digital. Misalnya pariwisata yang akan kembali ke aktivitas offline. Menurutnya, kemungkinan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) di masa depan juga semakin masif.

Apalagi dengan banyaknya orang yang mulai masuk ke sektor pembyaran serta hiburan digital. "Contohnya nonton Netflix. Itu akan kelihatan apa sih yang di-prefer atau next show di-suggest untuk kita. Itu sebuah bentuk AI. Nah, itu akan semakin berkembang karena penggunanya juga semakin banyak di digital," tutur Chandra.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya