Staf Khusus Presiden

Andi Arief, dari Bawah Tanah ke Istana

VIVAnews - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkat Andi Arief menjadi staf khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana. Andi Arief adalah bekas aktivis mahasiswa yang dikenal SBY sejak menjabat Komandan Resor Militer 072/Pamungkas di Yogyakarta pada tahun 1995.

Andi Arief saat itu berkuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada. Dan Andi Arief dikenal SBY saat itu sebagai salah satu aktivis mahasiswa yang getol berdemonstrasi.

Andi Arief dilahirkan 20 November 1970 di Bandar Lampung, dari pasangan Kiai Haji Arief Mahya dan Hajjah Mas Amah. Putra bungsu ini menghabiskan sekolah dasar sampai menengah atas di Bandar Lampung. Tahun 1989, dia berkuliah ke Yogyakarta.

Saat kuliah, Andi Arief aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, mulai dari kelompok studi, pers mahasiswa sampai senat mahasiswa. Andi Arief adalah Ketua Senat Mahasiswa Fisip UGM 1993-1994 dan Pemimpin Umum Majalah Mahasiswa Fisipol 1994-1995.

Saat menjadi Ketua Senat itu, Andi Arief bersama sejumlah aktivis mahasiswa termasuk dua orang rekannya yang belakangan juga staf khusus Presiden, Velix Wanggai dan Denny Indrayana, membentuk Komite Penegak Hak Politik Mahasiswa (Tegaklima). Velix yang kuliah di jurusan Hubungan Internasional itu kemudian menjadi Ketua Senat Fisipol UGM menggantikan Andi. Sementara Denny Indrayana saat itu adalah aktivis pers Mahasiswa Fakultas Hukum UGM, Mahkamah.

Tegaklima ini pernah menginterupsi pelantikan lima pembantu rektor UGM pada 26 Oktober 1994 dengan demonstrasi. Dalam demonstrasi yang dipimpin Andi Arief itu, para mahasiswa meminta hak politik untuk ikut memilih dekan dan rektor.

Namun bukan kegiatan itu yang membuat Andi Arief dipelototi penguasa Orde Baru yang berkuasa saat itu. Tahun 1994 itu, Andi Arief memimpin Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi Cabang Yogyakarta sambil menjadi Dewan Pengurus Persatuan Rakyat Demokratik sebelum menjadi Partai Rakyat Demokratik. Saat menggalang aksi atas nama SMID Yogyakarta itulah Andi Arief kenal dengan SBY yang saat itu Danrem Pamungkas.

Aktivitas Andi Arief terus meningkat sampai menjadi Ketua Umum SMID pada tahun 1996. Ketika pecah peristiwa 27 Juli 1996, Andi Arief pun dikejar-kejar aparat. Beberapa hari setelah peristiwa ini, di tengah pengejaran itu, Andi Arief menggelar jumpa pers di Yogyakarta. Dia membantah tudingan kerusuhan didalangi SMID, dan semua itu adalah rekayasa Orde Baru.

Indonesia Pingpong League 2024 Sukses Digelar, Onic Sport dan Arwana Jaya Cetak Sejarah

Setelah jumpa pers menghebohkan itu, Andi Arief pun menghilang. Dia dan kawan-kawannya diburu aparat keamanan Orde Baru. PRD dan SMID lalu bergerak di bawah tanah. Pada 28 Maret 1998, segerombolan orang berambut cepak berhasil mencokoknya di sebuah rumah toko di Bandar Lampung. Andi Arief diculik.

Penculikan baru berakhir setelah Andi Arief meneken surat penahanan dari kepolisian. 14 Juli 1998, barulah Andi Arief dibebaskan dan diserahkan ke Kontras.

Sejak 1998 itu, nama Andi Arief seakan menghilang. Di masa awal Reformasi, Andi Arief bersama temannya sesama aktivis SMID, Nezar Patria, meluncurkan sebuah buku berjudul "Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni."

Namun Reformasi ini membuat Andi lebih banyak beraktivitas di Lampung. Dia ikut aktif di klub softball dan perguruan silat Singamanda. Tahun 2000, Andi Arief menikahi Defianty dan sekarang telah menganugerahinya satu anak.

Namun politik tak bisa lepas dari hidupnya. Menjelang Pemilu 2004, Andi Arief ikut berperan memenangkan pasangan SBY-Jusuf Kalla. Dia menjadi Sekretaris Jenderal Jaringan Nusantara, sebuah organisasi sukarelawan pemenangan SBY.

Kiprahnya ini membuahkan perhatian SBY. Awal 2006, dia ditunjuk Presiden sebagai salah satu Komisaris PT Pos Indonesia. Tahun 2008, Andi Arief sempat mencoba peruntungan sebagai calon Wakil Gubernur Lampung berpasangan dengan calon Gubernur Muhajir Utomo dari jalur independen. Namun Jiran, begitu kode duet ini, gagal bersaing dengan enam pasangan lainnya.

Lalu, menjelang Pemilihan Presiden 2009, Andi Arief menyatakan mundur dari PT Pos agar konsentrasi memenangkan SBY-Boediono. Meski tak duduk di Tim Kampanye Nasional SBY-Boediono, kabar beredar, Andi Arief adalah IT Campaigner SBY-Boediono, yakni semacam penanggung jawab kampanye di internet.

Dan kiprah Andi pun dilihat oleh SBY. Kamis 19 November 2009, selaku Presiden, SBY mengeluarkan Keputusan Presiden menunjuknya menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana.