Nuklir Korut ke Indonesia Cuma Butuh Waktu 16 Menit
- Zahrul Darmawan/VIVA.co.id
VIVA – Puncak dari krisis Semenanjung Korea akan berdampak langsung pada Indonesia. Salah satu faktor yang paling dikhawatirkan adalah imbas dari ancaman senjata pemusnah massal alias nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara.
Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan, Laksamana Muda TNI, Amarulla Octavian mengatakan, TNI telah mempersiapkan berbagai skenario terburuk terjadinya hal tersebut. Salah satunya adalah menghadang rudal itu dengan pesawat tempur.
“Sekarang mau tidak mau, karena ada krisis di Semenanjung Korea kita harus bisa menghadapi serangan rudal atau nuklir. Itu kan sangat berbeda dengan serangan pesawat,” kata dia di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa 19 Desember 2017.
Rudal atau nuklir, kata Amarulla, memiliki jangkauan yang lebih luas, cepat, berdaya ledak lebih tinggi dan juga bisa meledak di mana saja. Serangan atau senjata ini disebut non-konvensional dan harus jadi perhatian masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
“Teknisnya kita merancang pertahanan itu jauh di laut internasional. Jadi pesawat-pesawat kita disiapkan menghadang datangnya rudal yang mengancam Indonesia di perairan internasional sehingga kalau terjadi ledakan jauh sekali tidak sampai ke Depok ini,” ujarnya menjelaskan.
Akan tetapi lanjut Amarulla, ada sejumlah persiapan yang harus dipenuhi untuk meminimalisir dampak dari serangan itu, seperti menyiapkan bungker. Sosialisasi kepada masyarakat untuk mengantisipasi serangan nuklir juga harus terus gencar dilakukan.
“Kita cuma punya waktu berlindung 16 menit, itu dari kalkulasi kita (TNI). Dan apakah arahnya (rudal) ke Amerika atau ke mana kita enggak tahu. Kecepatan rudal itu hampir di atas 2 kali kecepatan suara. Ya untuk masyarakat sembunyi kalau TNI menghadang dengan pesawat.” (mus)