Dua Musuh Bebuyutan AS Gabung Bantu Rusia
- AP Photo/Alexander Zemlianichenko
VIVA Dunia - Gedung Putih menyampaikan keprihatinannya atas dugaan beberapa musuh Amerika Serikat (AS) di Eropa, Asia Timur dan Timur Tengah mulai menyatu dengan Rusia.
Para pejabat AS melempar tuduhan bahwa Korea Utara bergabung dengan Iran dalam memasok senjata ke Rusia. Tujuan dua negara itu terkait kepentingan perang antara Rusia dengan Ukraina.
Koordinator Komunikasi Strategis Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby membuat pernyataan itu pada Rabu, 2 November 2022. Dalam keterangan pers secara virtual, Kirby mengatakan Pyongyang secara diam-diam memasok sejumlah besar peluru artileri untuk perang Rusia di Ukraina.
Kirby juga membahas penilaian sebelumnya yang menunjukkan Iran sudah mengalihkan drone ke Rusia lantaran melihat aksi di Ukraina. Kemudian, ia mengatakan, sekarang Iran mungkin juga sedang dalam proses pengiriman rudal permukaan-ke-udara untuk digunakan dalam perang.
"Ada kekhawatiran yang lebih besar dari pemerintahan Presiden AS Joe Biden daripada ketika Presiden Rusia Vladimir Putin pertama kali meluncurkan perangnya melawan Ukraina pada Februari," ujar Kirby dikutip dari Newsweek, Kamis, 3 November 2022.
Dia pun menyindir Rusia yang saat ini terus kehilangan tempat, kehilangan tentara, kehilangan momentum. "Dia menjangkau di luar perbatasannya untuk meminta bantuan," tutur Kirby.
"Ini adalah tanda isolasi yang terus dia rasakan secara ekonomi, bahwa basis industri pertahanannya sendiri tak dapat mengimbangi kecepatan dia menggunakan persenjataan di Ukraina," papar Kirby.
Menurut dia, bantuan dari Iran itu dinilai sebagai tanda seberapa besar Putin akan melanjutkan perang dengan Ukraina. "Sehingga dia bersedia keluar dari garis kehidupan, seolah-olah, untuk mencari pemasok asing untuk terus membunuh Ukraina," lanjutnya.
"Dan ya, ini mengkhawatirkan bahwa negara bangsa mana pun di seluruh dunia akan secara diam-diam atau nyata mendukung Tuan Putin," sebutnya.
Pun, Kirby menyampaikan tak mungkin tingkat dukungan yang dicurigai saat ini yang diterima Moskow dari Pyongyang atau Teheran cukup untuk mengubah gelombang konflik. Dia mengklaim AS akan mengejar langkah-langkah pertanggungjawaban yang tepat terhadap kedua kekuatan itu dimulai dengan PBB.
Pernyataan otoritas AS itu muncul di tengah perkembangan bergejolak terpisah di sekitar Korea Utara dan Iran. Hal itu menunjukkan semakin luasnya cakupan tantangan internasional yang dihadapi pemerintahan Biden.
Dalam serangkaian eskalasi tinggi terbaru yang meletus di Semenanjung Korea dalam beberapa pekan terakhir, Korea Utara kembali menembakkan rudal dan roket pada hari Selasa, 1 November 2022.
Korea Selatan juga mengklaim setidaknya satu dari mereka jatuh di selatan perbatasan laut yang disengketakan.Â
Ini adalah kejadian pertama sejak perang kedua negara tetangga tersebut dalam tujuh dekade lalu.
Dari Seoul pun sudah merespons dengan memerintahkan jet tempur untuk meluncurkan rudal udara-ke-permukaan di utara garis depan.
Pertukaran itu terjadi ketika Pak Jong Chon, sekretaris Komite Sentral Partai Buruh Korea yang berkuasa di Korea Utara, mengeluarkan pernyataan yang menyalahkan latihan bersama AS-Korea Selatan karena membuat situasi yang sangat serius.
Mengutip Tinjauan Postur Nuklir AS yang baru-baru ini dirilis Pentagon, memperingatkan penggunaan senjata nuklir oleh Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un akan mengakibatkan berakhirnya rezim tersebut. Hal itu disertai dengan ancaman serupa yang dikeluarkan oleh kepala Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.